PENERAPAN
MENTAL TRAINING UNTUK MENINGKATKAN
PERFORMANCE
ATLET TENIS MEJA
Oleh Andi
Akbar
Jurusan
Pendidikan Kepelatuhan Olahraga FIK UNM
A. PENDAHULUAN
Berapa kali kita kadang mendengar atlet
yang berpengalaman atau komentator berbicara tentang olahraga “ini adalah 80% (atau lebih) mental”,
sedikit banyak memang begitu, tenis meja tidak banyak berbeda dari olahraga
lainnya. Dengan anggapan bahwa mental di samping hal-hal dalam Tenis meja juga
sangatlah penting, seberapa seringkah kita melatih mental? Jika kita seperti
kebanyakan orang, jawabannya pasti adalah tidak pernah. Coba pikirkan.
Kemungkinan besar 90% atau lebih dari lawan anda tidak pernah melakukan
pelatihan mental sama sekali, jadi, jika kita menyempatkan hanya dalam setengah
jam seminggu, dalam waktu satu tahun, maka kita telah melakukan suatu tambahan
26 jam pelatihan mental.
Kegagalan-kegagalan yang
dialami oleh atlet tenis meja
Indonesia 10 tahun terakhir ini dalam pertandingan
Internasional seperti Sea Games, SEATTA disebabkan oleh beberapa faktor internal (atlet) dan bisa
juga disebabkan faktor eksternal. Secara internal, kegagalan tersebut bisa
disebabkan oleh kemampuan atlet itu sendiri yang belum mendukung untuk
berkompetisi dengan baik yaitu bisa disebabkan oleh kemampuan fisik, teknik,
taktik, strategi dan
yang tidak kalah pentingnya adalah faktor yang mempengaruhi prestasi atlet adalah mental bertandingan. Menurut
Psikolog
Yuanita
(1999:3), Faktor psikologis yang mempengaruhi
penampilan atlet dalam pertandingan tenis meja, motivasi berprestasi,
konsentrasi, disiplin dan rasa percaya diri dan emosi, kecemasan dan
ketegangan.
Apalagi
permainan tenis meja dalam perhitungan pointnya menggunakan sistem rally point
dimana setiap terjadi kesalahan maka terjadi point buat lawan. Begitu pula
jumlah point dari 21 di kurangi menjadi ponit 11 dengan 2 kali servis. Tentunya
perubahan sistem perhitungan point tersebut, tentu sangat dibutuhkan
konsentrasi dalam setiap pertandingan. Terkhusus dalam hal penerimaan servis yang dari dulu menjadi
kelemahan mendasar buat atlet tenis meja Indonesia di setiap kejuaraan
Internasional.
Begitu pula
dengan kondisi yang dialami oleh atlet tenis meja Sulsel yang penulis rasakan
ketika menjadi pelatih Sulsel di Popnas, Pomnas, kejurnas, Pra PON serta dua
kali meloloskan tim putri Sulsel ke PON XVI 2004 di Palembang dan PON XVII 2008
di Kaltim. Atlet tenis meja Sulsel sering mengalami stress sebelum
pertandingan, merasa kalah sebelum bertanding khususnya ketika menghadapi atlet
tenis meja dari pulau Jawa sehingga terkadang permainan terbaiknya pada waktu
latihan tidak bisa ditampilkan secara maksimal pada saat-saat pertandingan
menentukan.
Terkhusus juga
dalam hal tehnis penguasaan tehnik dasar permainan tenis meja khususnya dalam
hal penerimaan servis menjadi kelemahan paling banyak dilakukan oleh atlet tenis
meja Sulsel. Terkadang atlet kami begitu mudanya memberikan point kepada
lawannya disebabkan hanya karena kesalahan menerima servis atau kesalahan dalam
melakukan servis pertama, yang salah satunya biasa disebabkan karena kesalahan
servis akibat difoult (disalahkan) oleh wasit. Begitu pula sebaliknya ketika
atlet tenis meja Sulsel ingin merebut point begitu lama relly dalam permainan baru
bisa meraih point. Akibat kelemahan tersebut akan menguras kondisi fisik atlet
yang akan mengaruhi kondisi mental, seperti mudah kehilangan konsentrasi, cepat
emosi dan lain-lain.
Dari berbagai
kelemahan yang dihadapi oleh atlet Tenis meja Sulsel maka perlu untuk dilakukan
analisis yang terkait dengan mental pertandingan atlet tenis meja Sulsel yang
selama ini sangat jarang diberikan. Salah satu yang perlu dilakukan adalah latihan
mental khusus untuk menghadapi pertandingan seperti latihan konsentrasi,
latihan visualisasi, latihan imajeri. Bentuk-bentuk latihan tersebut tentu
memiliki metode atau cara latihan mental yang khusus diberikan kepada atlet tenis
meja.
Berdasarkan
masalah tersebut, maka saya tertarik untuk
membuat makalah dengan judul” Penerapan Mental Training Atlet Tenis Meja untuk Meningkatkan Peformance Atlet Tenis Meja”.
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan
kepada masalah tersebut di atas maka dapat di rumuskan masalah untuk di
jawab dalam pembahasan yaitu
Aspek
mental apa yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kinerja atlet tenis meja? Bagaimana bentuk
program mental training atlet cabang
olahraga tenis meja? Bagaimana Penerapan
mental training untuk mencapai
prestasi optimal dalam pertandingan tenis meja?
Bagaimana model latihan untuk meningkatkan rasa percaya diri pada atlet tenis
meja Sulsel? Bagaimana model latihan mental untuk memperbaiki pererimaan servis
pada atlet tenis meja Sulsel?
C. PEMBAHASAN
Permainan tenis meja prestasi tingkat tinggi bukan saja membutuhkan
fisik, teknik, taktik strategi, tetapi juga sangat dibutuhkan dalam ketegaran mental
dalam bertanding. Pengaruh faktor mental pada atlet tenis meja akan terlihat dengan jelas pada saat bertanding.
Sebenarnya mental yang tegar, sama halnya dengan fisik dan teknik, dan ini akan didapatkan melalui
latihan mental yang terencana, teratur dan benar. Apalagi sekarang ini permainan tenis
meja dalam perhitungan pointnya menggunakan sistem relly point dimana setiap
kesalahan akan mengakibatkan terjadi point.
1. Aspek Mental Pembinaan Atlet Tenis Meja
a.
Bepikir Positif
Berpikir dimaksudkan sebagai
cara berpikir mengarahkan
sesuatu kearah yang positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan
bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatih atlet. Dengan membiasakan diri
berpikir positif,
maka akan berpengaruh sangat baik
untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan menjalin kerjasama
antara berbagai pihak.
Pikiran
positif akan diikuti oleh tindakan dan perkataan positif pula karena pikiran
akan menuntun tindakan. Jika dalam pertandingan tenis meja terlintas pikiran negatif seperti “takut
salah, takut out, takut pukulannya tanggung” dan sebagainya, maka kemungkinannya kesalahan akan terjadi
lebih besar dalam pertandingan. Oleh karena itu cobahlah di biasakan untuk
selalu berpikir positif,
hindari yang negatif. Dari pada
mengatakan :”kamu ini susah sih…diajar, sehingga salah terus ayo jangan berhenti sebelum bisa!!, lebih baik
mengatakannya dengan cara yang
positif walaupun maksudnya sama “ayo coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa
melakukannya. Perhatikan, tangannya
begini….. langkahnya kesini ….. pukul bola disini……ayo coba lagi kamu
pasti bisa”.
Begitu pula
terhadap masalah yang dihadapi oleh tenis meja Sulsel ketika akan menghadapi
atlet yang berasal dari pulau yang sering mengalami “perasaan kalah sebelum
bertanding” maka pelatih menyampaikan kepada atletnya bahwa “kamu juga sudah
seperti atlet pulau Jawa” oleh karena tampilkan permainan terbaikmu, jangan
takut kalah.
Sebagai
pelatih, tunjukkanlah bahwa kita
percaya bahwa atlet memiliki peluang untuk dapat berprestasi dengan baik. Cemohan,
celaan dan kritik yang pedas yang tidak pada tempatnya malah akan menjatuhkan
atlet dan membuat prestasi menurun.
b. Motivasi Atlet
Motivasi
menurut Setyobroto 1993;63 adalah proses aktualisasai sumber penggerak dan
pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan
tertentu. Motivasi dapat
dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
sebagai usaha dalam mencapai
tujuan
tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri atlet tersebut tertanam dorongan yang kuat untuk dapat
melakukan sesuatu.
Ditinjau dari
fungsinya, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dari dorongan
faktor luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri
(intrinsik). Dengan pendekatan mental diharapkan atlet dalam setiap penampilannya
dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya sehingga
dapat memenangkan suatu pertandingan.
Motivasi
yang baik bagi atlet, tidak didasarkan oleh faktor ekstrinsik seperti hadiah
atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat dan lebih lama menetap adalah motivasi instrinsik yang didasarkan kepada
keinginan pribadi yang lebih mengutamakan
prestasi untuk mencapai kepuasan diri dari pada hal-hal yang material
Ditinjau
dari reaksi kejiwaan subyek, sebagaimana dikemukan F.L Griffit (1964) dalam Setyobroto
1993:70 membedakan beberapa tindakan yang dapat menimbulkan reaksi motivasi antara lain dengan (a) metode paksaan atau atas dasar kekuasaan (way force) (b) cara persuasif atau dengan cara membujuk (c) cara stimulatif.
Dari
ketiga cara tersebut cara atau metode force kurang menguntungkan untuk perkembangan atlet; metode persuasif menunjukkan adanya
kelebihan-kelebihan tertentu karena tidak adanya paksaan dan ancaman dari luar,
dan yang lebih menguntungkan adalah metode stimulasi karena dengan metode ini
atlet dapat mengembangkan inisiatif dan kreatifitasnya.
Untuk
meningkatkan motivasi atlet, maka perlu diperhatikan teknik motivasi dan haruslah memperhatikan prosedur sebagai
berikut yaitu :
a)
Pertama sekali harus dapat diciptakan interaksi positif
antara pelatih dan atlet, yaitu interaksi yang penuh rasa keakraban.
b)
Memberikan perlakuan
yang tepat pelatih harus memahami minat, kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki
atlet
c)
Merencanakan perlakuan yaitu program latihan dan
instruksi-instruksi yang lain
secara terarah disusun secara
sistimatis bertahap dan berkelanjutan.
Selanjutnya
teknik-teknik motivasi dapat dilakukan secara verbal, yaitu dengan memberikan
pujian-pujian, koreksi, petunjuk-petunjuk, tantangan-tantangan dan sebagainya.
Disamping itu teknik motivasi
juga
dapat dilakukan dengan tindakan-tindakan seperti dengan memberikan insentif
(hadiah), penghargaan, dan sebagainya, dengan memberikan hukuman, agar atlet
menghindarkan sesuatu yang tidak boleh dilakukan.
c.
Emosi Atlet
Faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap
dan perasaan atlet secara
pribadi terhadap diri sendiri, pelatih dan
ha-hal diseklilingnya. Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti sebal,
sedih, marah, cemas,
takut dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap atlet. Akan tetapi yang perlu diperhatikan disini adalah
bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.
Pengedalian emosi dalam pertandingan tenis meja seringkali
menjadi faktor penentu kemenangan. Terkhusus pada atlet tenis meja
ketika servisnya disalahkan (difoult) oleh wasit. Ini bisa menjadi awal yang
bisa mempengaruhi emosi atlet. Oleh karena itu suasana seperti harus dibiasakan
dengan cara melakukan pertandingan simulasi sehingga atlet terbiasa dan tetap
konsentrasi walaupun terjadi kesalahan yang menurut mereka tidak dilakukan.
Para pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak emosi
atlet, bukan saja dalam pertandingan
tapi
juga dalam latihan dan kehidupan atlet sehari-hari. Pelatih dengan demikian
juga perlu mencari cara-cara untuk mengendalikan emosi para atlet asuhannya,
yang tentu saja akan berbeda antara atlet yang satu dengan lainnya.
Gejolak emosi dapat menganggu
keseimbangan psikofisologik seperti gemetar, sakit perut, kejang otot dan lain-lain. Dengan
terganggunya keseimbangan fisiologik
maka konsentrasipun akan terganggu sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal.
Seringkali atlet tenis meja mengalami
ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan dimulai.
Demikian hebatnya ketegangan
tersebut sampai ia tidak dapat melakukan servis dengan baik.
Apalagi
jiwa lawannya dapat menekan dan penontonpun tidak berpihak padanya, maka dapat dibayangkan
atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya akan
buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.
Disinilah
perlunya dipelajari cara mengatasi ketegangan (stress management).
Sebelum pelatih mencoba mengatasi ketengangan atletnya. terlebih dahulu harus diketahui sumber-sumber ketegangan
tersebut, untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara
pelatih dengan atlet.
d.
Kecemasan dan Ketegangan Atlet
Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan
kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecawakan orang lain dan
perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi
tegang sehingga bila terjun ke dalam pertandingan , maka dapat mengganggu konsentrasi dalam bermain. Jika pemain telah
bekerja keras dan bermain bagus (walaupun kalah), tunjukkan penghargaan pelatih kepada atlet. Dan jika
atlet mengalami kekalahan (apalagi tidak dengan bermain
baik), hendaknya pelatih pada kenyataan yang obyektif. Artinya, beritahulah mana yang
telah dilakukannya secara benar dan mana yang salah serta tunjukkan bagaimana
seharusnya mengatasi hal tersebut. Menemui atlet yang baru mengalami kekalahan
harus dilakukan sesegera mungkin
dibandingkan dengan menemui
pemain yang baru mencetak kemenangan.
e.
Komunikasi Dengan Atlet
Komunikasi yang dimaksud disini
adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan pelatih . Masalah
yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa
diperlakukan tidak adil sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih.
Akibat lebih jauh, maka kepercayaan atlet
kurang terhadap pelatih.
Untuk menghindari terjadinya miskomunikasi
antara atlet dan pelatih,
maka pelatih perlu menyesuaikan teknik-teknik komunikasi dengan atlet secara
individual. Keterbukaan pelatih dalam hal program latihan akan sangat membantu terjalinnya komunikasi yang baik asalkan
dilakukan secara obyektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang
tujuan program latihan dan apa fungsinya bagi tiap-tiap individu.
Sebelum program latihan dijalankan, perlu
dijelaskan dan dibuat peraturan mengenai
tata tertib latihan dan aturan main lainnya
termasuk sanksi yang dilakukan pada
atlet jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut.
Demikian pula didalam hal
pelaksanaan peraturan yang sudah
dibuat, haruslah dijalankan secara
konsekuen. Artinya, jika atlet dihukum karena melanggar peraturan tertentu,
maka jika ada atlet lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat
hukuman yang sama pula. Demikian pula jika atlet yang sama melakukannya lagi
dikemudian hari.
Pelatih selalu bersikap obyektif dan
berpikir
positif. Bersikap obyektif
maksudnya adalah bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta apa adanya tanpa
menyangkutkan dengan hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena si
atlet datang terlambat dalam
latihan, maka hukumlah atlet itu atas ketelambatannya, jangan sampai dihubungkan dengan hal-hal lain (ingat, hukuman
tersebut harus sudah tertera dalam tata tertib latihan)
f.
Konsentrasi Atlet
Konsentrasi
merupakanan suatu keadaan dimana kesadaran
seseorang
tertuju kepada suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu, makin baik
konsentrasinya makin lama ia melakukannya. Dalam permainan olahraga tenis meja konsentrasi
merupakan salah satu aspek
mental
yang sangat besar peranan untuk memenang- kan suatu pertandingan. Sebab jika
dalam melakukan pertandingan atlet terganggu konsentrasi, maka timbul berbagai
kesalahan dalam melakukan pukulan.
Dalam
olahraga tenis meja, masalah
yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah pukulan menjadi
kurang akurat,
salah mengantisipasi putaran bola khususnya pada penerimaan servis, sehingga mengakibatkan bola tenis meja menjadi tanggung
dan mudah ditekan lawan. Akibat lebih lanjut adalah strategi yang sudah dipersiapkan
menjadi tidak jalan sehingga atlet
akhirnya
kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayaan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari keadaan tersebut,
perlu dilakukan latihan konsentrasi.
g. Evaluasi
Diri Atlet
Evaluasi diri dimaksud sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan
yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat
mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada masa yang lalu maupun
saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan kedaan dirinya ini maka atlet
dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara mengukurnya. Kegunaa lainya
adalah untuk
mengevaluasi
hal-hal yang telah dilakukannya
sehingga memungkinkan untuk mengulangi
penampilan terbaik dan mencegah terulangnya penampilan terburuk. Oleh karena
itu pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki catatan harian menganai
latihan dan pertandingan. Minta atlet untuk menuliskan kelemahan-kelaman dan
kelebihan diri sendiri baik segi fisik, teknik maupun mental. Kemudian koreksilah
jika menurut pelatih ada hal-hal yang
tidak sesuai atau ada yang
kurang.
Biasakan agar Atlet mengisi buku tersebut dengan teratur. Ajak atlet
untuk menuliskan di dalam buku ha-hal yang intinya sebgai berikut:
a)
Target jangka panjang, menengah dan pendek dalam latihan
dan pertandingan.
b)
Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan
atau pertandingan.
c)
Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan
dihadapi dan strategi menghadapinya.
d)
Hasil dan jalannya
pertandingan
e)
Hal-hal yang mengganggu
emosi atau membuat penampilanya jadi buruk
f)
Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan
Pastikan bahwa buku tersebut diisi
secara teratur oleh atlet. Namun perlu diingat bahwa pelatih jangan terlalu
memaksa untuk membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi bagian dari rahasia pribadi mereka. Yang
perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet mempunyai bahan bagi dirinya
sendiri untuk melakukan evaluasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menilai atlet, adalah bahwa pelatih mempunyai fungsi sebagai pembuat dan
pelaksana program latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator dan hal yang bertanggung jawab
terhadap segala hal yang berhubungan dengan kepelatihan tersebut.
Sebagai manusia biasa, pelatih, sama
halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik dan berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Setiap pelatih
memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih yang
murni ideal atau sempurna. Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seorang harus
melibatkan diri secara total dengan atlet yang dilatih. Artinya, seorang pelatih bukan hanya melulu mengurusi masalah atau hal-hal yang
berhubungan dengan tenis meja saja,
tetapi pelatih juga harus dapat berperan
sebagai teman, guru, orangtua, konselor bahkan psikolog bagi atletnya. Demikian
dapat diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasinya
akan mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya.
Keterlibatan yang mendalam antara
pelatih dengan atlet asuhannya harus dilandasi oleh adanya rasa empati dari
pelatih terhadap atlet tersebut. Rasa empati
ini merupakan kemapuan pelatih untuk
dapat menghayati perasaan atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat
mengerti atletnya secara total tanpa ia sendiri kehilangan identitas
pribadinya.
Untuk mengerti kedaan atlet dapat
diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada pada atlet
yang berasangkutan. Pengetahuan sekedarnya
saja tidak cukup bagi pelatih untuk mengetahui keadaan psikolgi atletnya. Dasar dari sikap mau memahami
keadaan mental
atletnya adalah pengertian
bahwa
setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khsusus
pula dalam hubungan dengan pengembangan potensinya.
Kepribadian seorang pelatih dapat
pula membetuk kepribadian atlet yang dilatihnya. Hal yang penting yang harus
ditanamkan pelatih kepada atlet adalah bahwa atlet percaya pada pelatih bahwa
apa yang diprogramkan dan dilakukan
oleh adalah untuk kebaikan dan
kemajuan si atlet itu sendiri.
2. Manfaat
Latihan Mental
Latihan mental harus dikukanlah dengan benar untuk
membantu meningkat- kan performance atlet tenis meja. Adapun manfaat latihan
mental adalah:
a)
Untuk
meningkatkan kemampuan bermain dengan baik dibawah tekanan atau tidak grogi
pada saat point kritis;
b)
Untuk
meningkatkan kemampuan menentukan bentuk permainan untuk lawan.
c)
Untuk
meningkatkan kemampuan untuk menganalisa kelebihan dan kekurangan lawan dan
cara menghadapinya.
d)
Untuk
meningkatkan kemampuan untuk menganalisis diri sendiri dan menyesuai- kan
dengan sendirinya
e)
Untuk
meningkatkan kemampuan untuk mencegah masuknya gangguan dan berkonsentrasi
penuh pada setiap point.
f)
Untuk
meningkatkan kemampuan untuk yakin dan konsisten akan kinerja bermain setiap
saat.
3. Program Mental Training Tenis
Meja
Setelah atlet dilatih fisik, teknik,
taktik dan strategi
maka program latihan mental
dalam cabang olahraga tenis meja disesuaikan dengan kebutuhan
mental yang dominan dipakai dalam saat melakukan pertandingan. Tujuan latihan
mental dalam olahraga tenis meja waktu
melakukan latihan adalah untuk kesiapan dan ketahanan mental atlet dalam
pertandingan, sehingga dapat meningkat performence atlet dalam pertandingan.
Adapun aspek-aspek mental yang kan dilatih dalam latihan tenis meja adalah
latihan relaksasi,
konsentrasi,
Imageri/visualisasi
a. Latihan Relaksasi
Untuk dapat menampilkan seluruh kemampuan yang telah dilatih ke dalam suatu pertandingan diperlukan
keadaan fisik dan mental yang relaks, bebas dari ketegangan yang mengganggu. Dengan
otot-otot yang relaks dapat
ditampilkan
gerakan-gerakan yang benar, akan didapatkan kelentukan dan kecepatan maksimal
dengan akurasi yang baik.
Latihan
relaksasi progresif ini harus dilakukan beberapa kali agar anda mahir
melakukannya. Latihan ini dapat dilakukan pada saat menjelang tidur,
sebelum latihan olahraga setelah latihan
atau kapan saja sebelum anda melakukan aktivitas yang memerlukan ketenangan dan kosentrasi.
Jika
anda sudah mahir melakukannya, anda dapat mempersingkat latihan ini,
sesuai dengan waktu yang anda miliki.
Kemudian lanjutkan dan kembangkan latihan ini dengan latihan konsentrasi dan latihan
visualisasi. Contoh Latihan
relaksasi tenis meja dapat dilihat pada
lampiran.
b. Contoh Latihan Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di
mana kesadaran seseorang atlet tertuju kepada suatu obyek tertentu dalam waktu
tertentu. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Jika
konsentrasi atlet terganggu pada saat melakukakan olahraga apalagi dalam
pertandingan, maka timbul berbagai masalah seperti berkurangnya akurasi
pukulan, tidak dapat menerapkan strategi karena tidak dapat mengetahui harus
melakukan apa sehingga sudah pasti kepercayaan dirinya menjadi hilang atau
berkurang. Untuk menghindari keadaan tersebut, maka perlu dilakukan latihan
konsentrasi. Contoh latihan konsentrasi
tenis meja dapat dilihat pada lampiran.
c. Contoh Latihan Imageri atau Visualisasi Tenis
Meja
Imageri
atau visualisasi dimaksud sebagai melihat gambaran diri sendiri dalam pikiran.
Kita seolah olah melihat filem atau rekaman gerakan diri kita yang diputar di
dalam pikiran. ini penting dilakukan di awal latihan. Bayangkanlah diri
anda melakukan suatu gerakan pukulan yang benar, dengan kecepatan yang
diinginkan.
Latihan
imageri ini dapat diterapkan kepada atlet, dengan syarat pelatih harus yakin dan benar apa yang dibayangkan oleh
atlet itu adalah gerakan yang benar. Jika atlet sudah lebih mahir, gerakan yang divisualisasikan
itu bisa lebih kompleks, meningkat sampai kepada memvisualisasikan suatu
strategi permainan melawan pemain
tertentu, latihan visualisasi ini erat kaitannya dengan latihan relaksasi
dan konsentrasi.
Latihan
Imageri atau visulaisasi dapat dilakukan pada setiap awal latihan , malam
sebelum pertandingan, menjelang pertandingan dalam perjalanan ke tempat
latihan/pertandingan dan kapan saja
dibutuhkan.
Latihan
visualisasi ini dapat digunakan bukan hanya untuk menghadapi pertandingan, akan
tetapi juga untuk melatih gerakan–gerakan tertentu, seperti
gerakan baru atau gerakan yang perlu diperbaiki. Akan tetapi perlu
divisualisasikan , itu adalah gerakan yang benar, yang memang dinginkan. Jadi
jangan sampai memvisualisasaikan gerakan
yang salah. Contoh Latihan
Imageri atau Visualisasi tenis meja dapat dilihat
pada lampiran.
4.
Penerapan Mental Training
Untuk Mencapai Prestasi Optimal
Setelah
atlet dilatih fisik, teknik, strategi
dan mentalnya, dengan program latihan yang tepat, maka untk menguji
hasil latihannya adalah dengan terjun ke dalam pertandingan. Tentunya
diharapkan bahwa setiap permainan akan dapat
menampilkan seluruh kemampuan atlet yang didapat dalam latihan yang
keras. Namun seringkali atlet tampil “di bawah
form”: artinya ia tidak dapat menampilkan seluruh kemampuan yang
dimilikinya pada saat pertandingan.
Untuk mengatasi hal tersebut di
atas, perlu diciptakan situasi yang mendukung tercapainya prestasi optimal dan
dilakukan persiapan mental untuk menghadapi suatu pertandingan agar atlet dapat menampilkan seluruh
kemampuan- nya sehingga
tercapailah prestasi optimal.
Ada
4 (empat) tahap penting dalam persiapan mental
menuju pertandingan sebagai berikut:
a. Sebelum Hari
Pertandingan
1)
Kumpulkan data-data mengenai kekuatan dan kelemahan
lawan. Jika memungkinkan, putarlah rekaman pertandingannya. Kemudian susunlah strategi untuk menghadapinya. Catatlah semua
data dan strategi tersebut di dalam formuir
strategi pertandingan.
2)
Pantau kemajuan atlet, baik fisik dan mentalnya dengan
memperhatikan bagaiman tingkat
konsentrasinya, bagaimana irama, timing, power dan kelincahan menjalankan keterampilannya
serta sikapnya terhadap latihan secara
umum.
3)
Pantau tingkat kecemasan atlet dengan melihat ekspresi
wajahnya apakah cerah atau murung: apakah sinar matanya lebih atau segar dan
awas. Juga perhatikan suasana hatinya, bagaimana kualitas tidur dan makananya, apakah ia
mengalami faktor-faktor psikosomatis seperti sakit perut, nyeri otot, sesak
nafas, demam, batuk, keringat dingin dan sebagainya.
4)
Pada saat tidak latihan, pastikan bahwa atlet tidak “berpikir”
mengenai pertandingan selama 24 jam sehari. Berikan aktivitas yang menyenangkan
bagi dirinya yang dapat memberikan suasana gembira sehingga ia bisa mengalihkan
pikirannya sejenak dari pertandingan.
5)
Satu hari menjelang pertandingan, biasanya cukup latihan
ringan saja dan tidak perlu berada dilapangan terlalu lama. Pada malam hari
sebelum bertanding, tidurlah pada saat yang tepat, tidak perlu tidur terlalu
cepat. Sebelum tidur lakukan latihan relaksasi
dan visualisasi
b. Pada Hari Pertandingan
1)
Bangun tidur pada saat yang tepat, tidurlah secukupnya,
jangan berlebihan, kemudian lakukan aktivitas rutin seperti kebiasan
sehari-hari, seperti: sembahyang berdoa, streacthing, sarapan (perhatikan kapan harus makan dan apa
yang dimakan) latihan relaksasi dan visualisasi, memeriksa kembali
perlengkapan pertandingan termasuk
cadangannya. Mulailah hari ini dengan pikiran dan orientasi positif.
2)
Berangkatlah ketempat pertandingan pada saat yang tepat.
Perhitungkan jarak ke lokasi
pertandingan, bagaimana mencapai-
nya,
kemacetan dan sebagainya tidak perlu berangkat terlalu cepat, namun jangan
sampai terlambat sehingga
tidak
ada waktu untuk istirahat,
penyesuaian dan pemanasan.
3)
Di tempat pertandingan kenalilah atlet mana yang perlu
berada didekat teman-temanya dan mana
lebih suka menyendiri. Pastikan dilapangan mana atlet bertanding, jangan lupa
melapor pada panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan atlet sudah hafal dimana letak ruang ganti, WC,
ruang kesehatan, tes doping tempat ganti senar dan sebagainya
4)
Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya meningkatkan semangat dan tetap berfikir positif. Pelatih dapat
menginatkan strategi yang akan diterapkan secara sekilas. Lakukan strokes dengan konsentrasi dan kemudian dilanjutkan dengan
visualisasi dan relaksasi.
c.
Saat Bertanding
Saat pertandingan tiba, saat itu
bukan waktunya lagi memikirkan
masalah teknik. Itu semua sudah dilatih
dalam latihan dan sudah dihayati dalam
visualisasi. Sekarang saatnya tinggal mengulang-ulang kejadian yang sudah
divisualisasikan dan melakukannya
sesuai dengan situasi saat ini. Sekarang adalah saatnya melakukan konsentrasi
penuh hanya pada bola tenis meja dan jalannya pertandingan.
Anjurkan atlet untuk:
1)
Memantau dan menyesuaikan tingkat kecemasan.
2)
Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap permainan
yang sedang dijalani. Kesalahan yang barus atau pernah terjadi dan yang mungkin
terjadi jangan dihiraukan.
3)
Relaks secara fisik.
4)
Berpikir positif dan optimisme, jangan biarkan
pikiran-pikiran negatif terlintas.
5)
Jangan terlalu banyak menganalisa.
6)
Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama
lawan, jika tidak perlu.
7)
Menjalankan strategi yang disipakan. Jangan dirubah jika
strategi itu berjalan. Lakukan evaluasi singkat, lakukan penyesuaian jika
strategi tidak jalan dengan alternatif strategi yang sudah dipersiapkan.
8)
Hindari menyalahkan diri sendiri secara berlebihan,
berbicara terhadap diri sendiri berlebihan, berpikir negatif, meragukan
kemampuan dan menyerah sebelum pertandingan selesai
9)
Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa atau menganti
apapun biarkan berjalan demikian. Jangan mengendor jika sedang “leading” dan
tidak perlu kasihan jika lawan mendapat angka nol.
d. Setelah Pertandingan
a. Mintalah atlet mencatat hal-hal positif maupun negatif
yang dirasa berpengaruh terhadap penampilannya dalam peratndingan tadi. Bukan
hanya bersifat teknik, taktik dan startegi, tetapi juga yang bersifat mental bahkan hal-hal kecil lainnya. Catatlah
hasil tersebut dalam formulir.
b. Evaluasi penampilan dalam pertandingan tadi, apakah mencapai
sasaran
c. Apakah perlu
diadakan penyesuaian terhadap program latihan pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek
positif dari penampilan dalam pertandingan dan ulangi dalam visulaisasi tetapkan target berikutnya (goal setiing)
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan kepada hasil pembahasan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
a)
Untuk meningkatkan kinerja atau performance atlet tenis meja perlu
dilakukan lathan
mental
training secara berencana dan sistimatis.
b)
Dalam penerapan mental training atlet tenis meja, aspek-aspek yang perlu perhatikan adalah, berpikir
positif, motivasi atlet, emosi atlet, ketegangan ke- cemasan atlet,komunikasi dengan
atlet, konsentrasi atlet dan evaluasi diri atlet.
c)
Sebelum membuat latihan mental traning atlet
terlebih dahulu harus menetapkan sasaran
yang akan dicapai. Untuk menentukan sasaran ada 3 (aspek yang perlu diperhatikan: (1) sasaran harus
menantang (2) sasaran harus
dapat dicapai (3) sasaran harus
meningkat.
d)
Bentuk-bentuk latihan mental untuk atlet tenis meja adalah
latihan relaksasai, konsentrasi, dan
Imageri atau visualaisasi, bisa dilakukan sebelum dan sesudah latihan dan pada malam hari
sebelum tidur.
e)
Dalam menerapkan latihan mental training atlet untuk mencapai
prestasi optimal perlu
diperhatikan empat tahap
penting dalam persiapan mental menuju pertandingan yaitu: (1) sebelum
pertandingan (2) hari pertandingan
(3) saat pertandingan dan (4) setelah selesai
pertandingan.
2. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan tersebut untuk meningkan kinerja
dan performance atlet tenis meja dalam
pertandingan, perlu dilakukan latihan mental sesuai dengan karakteristik cabang
olahraga tenis
meja dalam program latihan mulai dari tahap persiapan umum, khusus dan pada
masa kompetisi.
3. Saran-saran
Berdasarkan kepada kesimpulan dan implikasi sebagaimanan
diuraikan di atas , dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
a)
Latihan
mental
training adalah
latihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengembangan kekuatan mental secara
sistimatis dalam jangka panjang untuk: (1) menguatkan
kemauan, (2) mengontrol stabilitas
emosional (3) mengembang- kan pemikiran,
motivasi, sikap, keyakinan, dan tingka laku, serta (4) meningkat- kan proses jasmaniah kinerja individu. Oleh karena itu
disarankan kepada pelatih Tenis meja dapat membuat program mental training sesuai
dengan kebutuhan mental dilakukan dalam pertandingan Tenis meja.
b)
Supaya tujuan
yang ingin dicapai dalam program mental training terlaksana, maka di sarankan kepada pelatihan
agar memperhatikan 3 (tiga) aspek yaitu: (1) sasaran harus menantang (2) sasaran harus dapat dicapai (3) sasaran harus
meningkat.
Lampiran : Contoh Program Latihan
Mental Atlet Tenis Meja
A. Latihan
Konsentrasi
Adapun contoh latihan
konsentrasi sebagai berikut :
Duduk tegaklah di kursi; kedua kaki menapak dilantai dan
kedua tangan disamping badan. Tutup mata, ambil napas dalam-dalam lalu
keluarkan perlahan-lahan sampai ketegangan disekujur tubuh anda hilang. Begitu
merasa rilaks, perhatikan irama napas anda (tanpa mengubah iramanya), lalu
mulailah perlahan-lahan menghitungnya. Satu tarikan napas diikuti satu hembusan
napas dihitung sebagai satu, kemudian tarikan danhembusan napas berikutnya
sebagai dua, dan seterusnya. Saat mencapai hitungan kesepuluh, kembali lagi
kehitungan satu dan seterusnya. Jika anda kehilangan hitungan atau lupa angka
hitunganya berarti konsentrasi mulai terganggu; karena itu berhentilah
berhitung barangsejenak, lalu setelah konsentrasi anda kembali, mulailah lagi
menghitung dari satu, sebagai permulaan, latihan ini cukup dilakukan dalam
waktu sekitar delapan menit.
Semakin sering latihan konsentrasi ini
dilakukan maka control diri terhadap situasi dimana anda ingin berkonsentrasi akan
semakin kuat.
B. Latihan
Imageri/Visualisasi tenis meja
Contoh
Latihan Visualisasi untuk Atlet Tenis Meja.
Duduk atau berbaring dengan tenang, seperti
akan melakukan latihan latihan relaksasi. Pejamkan mata, atur napas, lalu
kendorkan otot-otot tubuh. Dalam keadaan rilaks, mata tetap terpejam, bayangkan
diri anda melakukan berbagai macam pukulan dari segala arar dengan gerakan yang
benar. Ulangi setiap gerakan sampai anda mendapat gerakan yang enak.
Sekarang bayangkan seumpamanya Anda sudah
berada dihari pertandingan. Bayangkankan Anda sudah siap bertanding. Dengan
pakaian pertandingan lengkap dan membawah perlengkapan pertandingan, Anda berjalan menuju tempat pertandingan. Anda
melihat suasana ditempat pertandingan, merasakan suhu udaranya, merasakan anginnya,
sinar lampunya, lapangannya, penontonnya, dan segala macam hal yang akan dan
mungkin terjadi dan terdapat dalam pertandingan.
Bayangkan anda mulai berdoa, melakukan
pemanasan, stretching, senam, latihan bayangan (shadow play), pukulan (stroke)
dan sebagainya yang biasa dilakukan sebelum bertanding. Setelah cukup
pemanasan, Anda istirahat sebentar sampai kemudian nama Anda (regu anda)
dipanggil oleh wasit memasuki lapangan pertandingan. Anda berjalan memasuki
lapangan pertandingan dengan membawah perlengkapan pertandingan (bat, lat
keringat) dan meletakkan disisi lapangan kemudian melakukan pemanasan dengan
calon lawan. Anda mencoba bermacan-macam pukulan dan merasakan jenis pukulan
lawan dengan jenis karet yang digunakan. Lalu wasit melakukan toss, danda
memeriksa jenis karet yang digunakan oleh lawan dan Anda siap memilih bolaatau
tempat jika anda menang toss. Rasakan bahwa anda siap bertanding, penuh percaya
diri, berpikiran positif dan relaks.
Sekarang tiba saat pertandingan. Bayangkan
Anda mulai bertanding dengan semangatuntuk memanangkan pertandingan dengan
bermain bagus. Anda melakukan atau menerima servis pertama dan seterusnya,
terapkan strategi yang telah anda siapkan untuk mengdapai lawan Anda tersebut.
Jadi disini seolah-olah Anda menyaksikan rekaman film jalannya pertandingan
anda dengan lawan anda tersebut. Tentukan siapa lawanya.
Dalam bayangan anda, umpamakan strategi
Anda berjalan mulus sehingga unggul dalam pengumpulan angka. Siapkan apa yang
harus dilakukan agar angka Anda tidak terkejar dan memenangkan game tersebut.
Lalu bayangkan jika Anda ketinggalan angka, strategi apa yang Anda lakukan Agar
anda bisa mengejar ketinggalan tersebut, menyamakan dan bahkan menyusulnya
sehingga Anda memenangkan game tersebut. Juga bayangkan seandainya pertandingan
berjalan ketat, alot dan skor susul menyusul. Strategi permainan yang bagaimana
yang akan Anda lakukan untuk mengatasinya. Lalu bagaimana jika terjadi “deuce
atau rubber set”. Jadi dalam bayangan anda sudah disiapkan segala macam
kemungkinan yang dapat terjadi dalam pertandingan, termasuk kemungkinan Anda
menjadi tegang, marah, kesal, cedera, sakit atau hilang konsentrasi. Siapkankan
cara-cara mengatasinya sehingga anda dapat mengembalikan konsentrasi anda dan
tidak sampai kehilangan rasa percaya diri.
Misalnya dengan minta waktui untuk melap keringat, mengikat tali sepatu
dan sebagainya tergantung situasi saat itu. Yang penting disini, Anda harus
berpikir positif, tenangkan diri anda, atur napas, relaks dan konsentrasinya
hanya kebola.
Nah segala kemungkinan yang dapat terjadi
di dalam pertandingan nanti sudah siap Anda hadapi. Segala macam jenis pukulan,
variasi serangan dan pertahanan sudah disiapkan, mental juga sudah siap, Anda
sudah siap bertanding. Sekarang yakinkan diri bahwa Anda DAPAT BERMAIN BAIK,
sesuai dengan kemanpuan yang Anda miliki, yang didapat dari latihan keras dan
disiplin diri. Katakan pada diri sendiri: ‘FISIK, TEHNIK, TAKTIK, DAN MENTAL
SAYA SUDAH TERLATIH, SEKARANG SAYA SIAP BERTANDING! SAYA BISA BERMAIN BAGUS DAN
MEMENANGKAN PERTANDINGAN!” Kemudian tarik napas dalam-dalam,….tahan,…..lepaskan
perlahan-lahan sambil sekali lagi ucapkan: “SAYA SIAP BERTANDING” Lalu bukalah
mata anda.
C. Latihan
Relaksasi
Contoh Latihan
relaksasi tenis meja
Carilah tempat yang sepi, yang enak untuk
duduk atau berbaring. Anda membutuhkan waktu sekitar sepuluh sampai lima belas
menit. Carilah tempat duduk yang enak, duduklah dengan kedua telapat
kakimenapak dengan relaks di atas lantai. Kedua tangan diatas pangkuan,
punggung dan kepala di sandarkan kekursi. Jika anda memilih berbaring dilantai,
letakkan tangan anda di samping badan, kedua kaki ditelonjorkan/diluruskan dan
punggung biarkan rata dengan lantai.
Mulailah untuk relaks. Pejamkan mata,
jernih pikiran anda, biarkan seluruh bagian tubuh anda terkulai. Bayangkan
pusat kekuatan dan berat tubuh anda berada sekitar lima sentimeter dibawah
pusar.
Relaksasi progresif dimulai dengan bagian
tubuh yang dominant. Jika anda kidal, mulailah dengan bagian tubuh sebelah
kiri; dan jika tidak kidal mulailah dengan sebelah kanan. Mata tetap terpejam
dan pusatkan perhatian pada irama napas Anda. Tarik napas dalam-dalam lewat
hidung sampai rongga dada terasa penuh…. tahan sampai empat hitungan….. lalu
buang perlahan-lahan, dorong dari perut ke dada dan lepaskan lewat mulut….Ulangi.
Tarik,…..tahan…..., lepaskan. Kosongkan pikiran anda, tetapi biarkan jika ada
yang terlintas dalam pikiran anda. Rasaklan badan anda dan pikiran anda melayang….tarik
napas , tahan,……lepaskan.
Kiata mulai dengan tangan yang dominan.
Kepalkan tangan, tidak perlu terlalu keras. Tahan dan rasakan ketegangan di
otot-otot tangan, lalu pelan-pelan kendorkan,…..lepaskan,…biarkan ketegangan
hilang,…. betul-betul relaks. Buat kepalan tangan yang satunya,….tahan,
lepaskan pelan-pelan.
Sekarang pindah ke kepala. Kerutkan dahi,….alis
mata…..kencangkan rahang dan bibir anda,….. tahan,…. lepaskan
pelan-pelan,….rasakan ketegangan hilang,…. melayang menjauhi diri anda
bersamaan dengan kendornya otot-otot anda,….. atur napas.
Angkat bahu mendekati telinga,….tahan,kendorkan.
Hayati perasaan rileks menjelajahi tubuh anda,….menjalar ke peruk,….. paha,……kaki,….
sampai ujung jari kaki,….ke lantai. rasakan rilaks semakin mendalam,….. pelan-pelan
palingkan kepala anda kekanan, kedepan,…. kekiri,….diam. Gerakkan lagi
kedepan,…..kekanan…….balik kedepan,… dan rilaks dengan posisi yang enak,
ditopan oleh leher. Atur napas dan alihkan perhatian ke daerah perut.….tarik
kearah tulang punggung…… tahan……lepaskan pelan-pelan.
Sekarang kaki kanan.Dorong tumit kearah
lantai,….tahan,….lepaskan. Arahkan ujung-ujung jari.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa.
Singgih. D. Psikologi Olahraga Prestasi. PT. BPK Gunung Mulia. 2004
Hjelle
A. Larry, Ziegler J.Daniel, Personality Theories, Second
Edition, Basic Assumption, Research, and Applications, 1981
Nasution,
Yuanita,
Psikologi Olahraga Bulutangkis, Jakarta : PBSI,
1999
PBSI, Pola
Pembinaan Bulutangkis Nasional, Jakarta: PB PBSI, 1985
Ryckman
M.Richard, Theories of Personality, Ninch Edition, Printed in the USA, 2008
-----------------,
Suara
Pembaharuan 15 Desember 2006, hal
6
----------------,
Planet
Badminton 5 Mei 2007 hal 17
Setyobroto, Sudyobyo, Mental
Training Jakarta: Percetakan Solo, 2001
------------------, Psikologi
Kepelatihan, Jakarta: Penerbit CV. Jaya
Sakti,1993
Williams, Jean M, Applied Sport Psychology Personal Geowth Performance, London:
Myfield Publishing Company, 1992
Wiley, John & Sond, Unsderstanding Physicological Preparation for Sport, New York:
1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar