Selasa, 16 April 2013

PENERAPAN MENTAL TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANCE ATLET TENIS MEJA


PENERAPAN MENTAL TRAINING UNTUK MENINGKATKAN
PERFORMANCE ATLET TENIS MEJA

Oleh Andi Akbar
Jurusan Pendidikan Kepelatuhan Olahraga FIK UNM


A.     PENDAHULUAN

     Berapa kali kita kadang mendengar atlet yang berpengalaman atau komentator berbicara tentang olahraga “ini adalah 80% (atau lebih) mental”, sedikit banyak memang begitu, tenis meja tidak banyak berbeda dari olahraga lainnya. Dengan anggapan bahwa mental di samping hal-hal dalam Tenis meja juga sangatlah penting, seberapa seringkah kita melatih mental? Jika kita seperti kebanyakan orang, jawabannya pasti adalah tidak pernah. Coba pikirkan. Kemungkinan besar 90% atau lebih dari lawan anda tidak pernah melakukan pelatihan mental sama sekali, jadi, jika kita menyempatkan hanya dalam setengah jam seminggu, dalam waktu satu tahun, maka kita telah melakukan suatu tambahan 26 jam pelatihan mental.
Kegagalan-kegagalan yang dialami oleh atlet tenis meja Indonesia 10 tahun terakhir ini dalam pertandingan Internasional seperti Sea Games, SEATTA disebabkan oleh beberapa faktor internal (atlet) dan bisa juga disebabkan faktor eksternal. Secara internal, kegagalan tersebut bisa disebabkan oleh kemampuan atlet itu sendiri yang belum mendukung untuk berkompetisi dengan baik yaitu bisa   disebabkan oleh kemampuan fisik, teknik, taktik, strategi  dan  yang tidak kalah  pentingnya adalah faktor yang mempengaruhi prestasi atlet adalah mental  bertandingan. Menurut Psikolog Yuanita (1999:3), Faktor psikologis yang mempengaruhi penampilan atlet dalam pertandingan tenis meja, motivasi berprestasi, konsentrasi, disiplin dan rasa percaya diri dan emosi, kecemasan dan ketegangan.
Apalagi permainan tenis meja dalam perhitungan pointnya menggunakan sistem rally point dimana setiap terjadi kesalahan maka terjadi point buat lawan. Begitu pula jumlah point dari 21 di kurangi menjadi ponit 11 dengan 2 kali servis. Tentunya perubahan sistem perhitungan point tersebut, tentu sangat dibutuhkan konsentrasi dalam setiap pertandingan. Terkhusus dalam hal penerimaan servis yang dari dulu menjadi kelemahan mendasar buat atlet tenis meja Indonesia di setiap kejuaraan Internasional.
Begitu pula dengan kondisi yang dialami oleh atlet tenis meja Sulsel yang penulis rasakan ketika menjadi pelatih Sulsel di Popnas, Pomnas, kejurnas, Pra PON serta dua kali meloloskan tim putri Sulsel ke PON XVI 2004 di Palembang dan PON XVII 2008 di Kaltim. Atlet tenis meja Sulsel sering mengalami stress sebelum pertandingan, merasa kalah sebelum bertanding khususnya ketika menghadapi atlet tenis meja dari pulau Jawa sehingga terkadang permainan terbaiknya pada waktu latihan tidak bisa ditampilkan secara maksimal pada saat-saat pertandingan menentukan.
Terkhusus juga dalam hal tehnis penguasaan tehnik dasar permainan tenis meja khususnya dalam hal penerimaan servis menjadi kelemahan paling banyak dilakukan oleh atlet tenis meja Sulsel. Terkadang atlet kami begitu mudanya memberikan point kepada lawannya disebabkan hanya karena kesalahan menerima servis atau kesalahan dalam melakukan servis pertama, yang salah satunya biasa disebabkan karena kesalahan servis akibat difoult (disalahkan) oleh wasit. Begitu pula sebaliknya ketika atlet tenis meja Sulsel ingin merebut point begitu lama relly dalam permainan baru bisa meraih point. Akibat kelemahan tersebut akan menguras kondisi fisik atlet yang akan mengaruhi kondisi mental, seperti mudah kehilangan konsentrasi, cepat emosi dan lain-lain.
Dari berbagai kelemahan yang dihadapi oleh atlet Tenis meja Sulsel maka perlu untuk dilakukan analisis yang terkait dengan mental pertandingan atlet tenis meja Sulsel yang selama ini sangat jarang diberikan. Salah satu yang perlu dilakukan adalah latihan mental khusus untuk menghadapi pertandingan seperti latihan konsentrasi, latihan visualisasi, latihan imajeri. Bentuk-bentuk latihan tersebut tentu memiliki metode atau cara latihan mental yang khusus diberikan kepada atlet tenis meja.
Berdasarkan masalah tersebut, maka saya tertarik untuk  membuat makalah dengan judul” Penerapan Mental Training Atlet Tenis Meja untuk Meningkatkan Peformance Atlet Tenis Meja”.

B.    PERMASALAHAN

Berdasarkan kepada masalah tersebut di atas maka dapat di rumuskan masalah untuk di jawab dalam pembahasan yaitu Aspek mental apa yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kinerja atlet tenis meja? Bagaimana bentuk program mental training atlet cabang olahraga tenis meja? Bagaimana Penerapan  mental training  untuk mencapai prestasi optimal dalam pertandingan tenis meja? Bagaimana model latihan untuk meningkatkan rasa percaya diri pada atlet tenis meja Sulsel? Bagaimana model latihan mental untuk memperbaiki pererimaan servis pada atlet tenis meja Sulsel?

C.  PEMBAHASAN

            Permainan tenis meja prestasi tingkat tinggi bukan saja membutuhkan fisik, teknik, taktik  strategi, tetapi  juga sangat dibutuhkan dalam ketegaran mental dalam bertanding. Pengaruh faktor mental pada atlet tenis meja akan terlihat dengan jelas pada saat bertanding. Sebenarnya mental yang tegar, sama halnya dengan fisik  dan teknik, dan ini akan didapatkan melalui latihan mental yang terencana, teratur dan benar. Apalagi sekarang ini permainan tenis meja dalam perhitungan pointnya menggunakan sistem relly point dimana setiap kesalahan akan mengakibatkan terjadi point.

1.  Aspek Mental Pembinaan Atlet Tenis Meja

a.    Bepikir Positif

Berpikir dimaksudkan sebagai cara berpikir mengarahkan sesuatu kearah yang positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatih atlet. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh  sangat  baik  untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan menjalin kerjasama antara berbagai pihak.
Pikiran positif akan diikuti oleh tindakan dan perkataan positif pula karena pikiran akan menuntun tindakan. Jika dalam pertandingan tenis meja terlintas pikiran negatif seperti “takut salah, takut out, takut pukulannya tanggung”  dan sebagainya, maka kemungkinannya kesalahan akan terjadi lebih besar dalam pertandingan. Oleh karena itu cobahlah di biasakan untuk selalu berpikir positif, hindari  yang negatif. Dari pada mengatakan :”kamu ini susah sih…diajar, sehingga salah terus ayo jangan berhenti sebelum bisa!!, lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif  walaupun maksudnya sama “ayo coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa melakukannya. Perhatikan, tangannya begini….. langkahnya kesini ….. pukul bola disini……ayo coba lagi kamu pasti bisa”.
Begitu pula terhadap masalah yang dihadapi oleh tenis meja Sulsel ketika akan menghadapi atlet yang berasal dari pulau yang sering mengalami “perasaan kalah sebelum bertanding” maka pelatih menyampaikan kepada atletnya bahwa “kamu juga sudah seperti atlet pulau Jawa” oleh karena tampilkan permainan terbaikmu, jangan takut kalah.
Sebagai pelatih, tunjukkanlah bahwa kita percaya bahwa atlet memiliki peluang untuk dapat berprestasi dengan baik. Cemohan, celaan dan kritik yang pedas yang tidak pada tempatnya malah akan menjatuhkan atlet dan membuat prestasi menurun.

b.    Motivasi Atlet

Motivasi menurut Setyobroto 1993;63 adalah proses aktualisasai sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri atlet tersebut  tertanam dorongan yang kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
Ditinjau dari fungsinya, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dari dorongan faktor luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan mental diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya sehingga dapat memenangkan suatu pertandingan.
Motivasi yang baik bagi atlet, tidak didasarkan oleh faktor ekstrinsik seperti hadiah atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi  yang baik, kuat dan lebih lama menetap adalah motivasi instrinsik yang didasarkan kepada keinginan pribadi yang lebih mengutamakan  prestasi untuk mencapai kepuasan diri dari pada hal-hal yang material
Ditinjau dari reaksi kejiwaan subyek, sebagaimana dikemukan F.L Griffit (1964) dalam Setyobroto 1993:70 membedakan beberapa tindakan yang dapat menimbulkan reaksi motivasi antara lain dengan (a) metode paksaan atau atas dasar kekuasaan (way force) (b) cara persuasif atau dengan cara membujuk (c) cara stimulatif.
Dari ketiga cara tersebut cara atau metode force kurang menguntungkan untuk perkembangan atlet; metode persuasif menunjukkan adanya kelebihan-kelebihan tertentu karena tidak adanya paksaan dan ancaman dari luar, dan yang lebih menguntungkan adalah metode stimulasi karena dengan metode ini atlet dapat mengembangkan inisiatif dan kreatifitasnya.
Untuk meningkatkan motivasi atlet, maka perlu diperhatikan teknik motivasi dan  haruslah memperhatikan prosedur sebagai berikut yaitu :
a)  Pertama sekali harus dapat diciptakan interaksi positif antara pelatih dan atlet, yaitu interaksi yang penuh rasa keakraban.
b)  Memberikan perlakuan yang tepat pelatih harus memahami minat, kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki atlet
c)  Merencanakan perlakuan yaitu program latihan dan instruksi-instruksi  yang lain  secara terarah disusun  secara sistimatis  bertahap dan berkelanjutan.
Selanjutnya teknik-teknik motivasi dapat dilakukan secara verbal, yaitu dengan memberikan pujian-pujian, koreksi, petunjuk-petunjuk, tantangan-tantangan dan sebagainya. Disamping itu teknik motivasi juga dapat dilakukan dengan tindakan-tindakan seperti dengan memberikan insentif (hadiah), penghargaan, dan sebagainya, dengan memberikan hukuman, agar atlet menghindarkan sesuatu yang tidak boleh dilakukan.

c.    Emosi Atlet

 Faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi terhadap diri sendiri, pelatih dan ha-hal diseklilingnya. Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti sebal, sedih, marah, cemas, takut dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap atlet. Akan tetapi  yang perlu diperhatikan disini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.
            Pengedalian emosi dalam pertandingan tenis meja seringkali menjadi faktor penentu kemenangan. Terkhusus pada atlet tenis meja ketika servisnya disalahkan (difoult) oleh wasit. Ini bisa menjadi awal yang bisa mempengaruhi emosi atlet. Oleh karena itu suasana seperti harus dibiasakan dengan cara melakukan pertandingan simulasi sehingga atlet terbiasa dan tetap konsentrasi walaupun terjadi kesalahan yang menurut mereka tidak dilakukan.
            Para pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak emosi atlet, bukan saja dalam pertandingan tapi juga dalam latihan dan kehidupan atlet sehari-hari. Pelatih dengan demikian juga perlu mencari cara-cara untuk mengendalikan emosi para atlet asuhannya, yang tentu saja akan berbeda antara atlet yang satu dengan lainnya.
            Gejolak emosi dapat menganggu keseimbangan psikofisologik seperti gemetar, sakit perut, kejang otot dan lain-lain. Dengan terganggunya  keseimbangan fisiologik maka konsentrasipun akan terganggu sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali atlet tenis meja mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan dimulai. Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan servis dengan baik. Apalagi jiwa lawannya dapat menekan dan penontonpun tidak berpihak padanya, maka dapat dibayangkan atlet tersebut  tidak akan  dapat bermain baik. Konsentrasinya akan buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.
            Disinilah perlunya dipelajari cara mengatasi ketegangan (stress management). Sebelum pelatih mencoba mengatasi ketengangan atletnya. terlebih dahulu  harus diketahui sumber-sumber ketegangan tersebut, untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atlet.

d.    Kecemasan dan Ketegangan  Atlet

      Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecawakan orang lain dan perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi tegang sehingga bila terjun ke dalam pertandingan , maka dapat  mengganggu konsentrasi dalam bermain. Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus (walaupun kalah), tunjukkan penghargaan pelatih kepada atlet. Dan jika atlet mengalami  kekalahan (apalagi tidak dengan bermain baik), hendaknya pelatih pada kenyataan yang obyektif. Artinya, beritahulah mana yang telah dilakukannya secara benar dan mana yang salah serta tunjukkan bagaimana seharusnya mengatasi hal tersebut. Menemui atlet yang baru mengalami kekalahan harus dilakukan sesegera mungkin  dibandingkan dengan menemui pemain yang baru mencetak kemenangan.   

e.    Komunikasi Dengan Atlet

            Komunikasi yang dimaksud disini adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan pelatih . Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh, maka kepercayaan atlet  kurang terhadap pelatih.
            Untuk menghindari terjadinya miskomunikasi antara atlet dan pelatih, maka pelatih perlu menyesuaikan teknik-teknik komunikasi dengan atlet secara individual. Keterbukaan pelatih dalam hal program latihan akan sangat membantu terjalinnya komunikasi yang baik asalkan dilakukan secara obyektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan program latihan dan apa fungsinya bagi tiap-tiap individu.
            Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan  mengenai tata tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang dilakukan  pada atlet jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut.
            Demikian pula didalam hal pelaksanaan peraturan yang sudah dibuat, haruslah  dijalankan secara konsekuen. Artinya, jika atlet dihukum karena melanggar peraturan tertentu, maka jika ada atlet lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat hukuman yang sama pula. Demikian pula jika atlet yang sama melakukannya lagi dikemudian hari.
            Pelatih selalu bersikap obyektif dan berpikir positif. Bersikap obyektif maksudnya adalah bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta apa adanya tanpa menyangkutkan dengan hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena si atlet datang terlambat dalam latihan, maka hukumlah atlet itu atas ketelambatannya, jangan sampai dihubungkan dengan hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut harus sudah tertera dalam tata tertib latihan)

f.     Konsentrasi Atlet

Konsentrasi merupakanan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu, makin baik konsentrasinya makin lama ia melakukannya. Dalam permainan olahraga tenis meja konsentrasi merupakan salah satu aspek mental yang sangat besar peranan untuk memenang- kan suatu pertandingan. Sebab jika dalam melakukan pertandingan atlet terganggu konsentrasi, maka timbul berbagai kesalahan dalam melakukan pukulan.
Dalam olahraga tenis meja, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah pukulan menjadi kurang akurat, salah mengantisipasi putaran bola khususnya pada penerimaan servis, sehingga mengakibatkan bola tenis meja menjadi tanggung dan mudah ditekan lawan. Akibat lebih lanjut adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak jalan sehingga atlet akhirnya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayaan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan konsentrasi.

g.    Evaluasi Diri Atlet

      Evaluasi diri dimaksud  sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada masa yang lalu  maupun  saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan kedaan dirinya ini maka atlet dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara mengukurnya. Kegunaa lainya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukannya sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah terulangnya penampilan terburuk. Oleh karena itu pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki catatan harian menganai latihan dan pertandingan. Minta atlet untuk menuliskan kelemahan-kelaman dan kelebihan diri sendiri baik segi fisik, teknik maupun mental. Kemudian koreksilah jika menurut pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang kurang.
            Biasakan agar Atlet mengisi  buku tersebut dengan teratur. Ajak atlet untuk menuliskan di dalam buku ha-hal yang intinya sebgai berikut:
a)  Target jangka panjang, menengah dan pendek dalam latihan dan pertandingan.
b)  Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
c)  Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya.
d)   Hasil dan jalannya pertandingan
e)   Hal-hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilanya jadi buruk
f)   Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan
            Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh atlet. Namun perlu diingat bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi  bagian dari rahasia pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet mempunyai bahan bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.
            Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menilai atlet, adalah bahwa pelatih mempunyai fungsi sebagai pembuat dan pelaksana program latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator dan hal yang bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan kepelatihan tersebut.
            Sebagai manusia biasa, pelatih, sama halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Setiap pelatih  memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih yang murni ideal atau sempurna. Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seorang harus melibatkan diri secara total dengan atlet yang dilatih. Artinya, seorang  pelatih bukan hanya melulu  mengurusi masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan tenis meja saja, tetapi pelatih juga harus dapat  berperan sebagai teman, guru, orangtua, konselor bahkan psikolog bagi atletnya. Demikian dapat diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasinya akan mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya.
            Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet asuhannya harus dilandasi oleh adanya rasa empati dari pelatih terhadap  atlet tersebut. Rasa empati ini merupakan  kemapuan pelatih untuk dapat menghayati perasaan atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat mengerti atletnya secara total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pribadinya.
            Untuk mengerti kedaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada pada atlet yang berasangkutan. Pengetahuan  sekedarnya saja tidak cukup bagi pelatih untuk mengetahui keadaan psikolgi atletnya. Dasar dari sikap mau memahami keadaan mental atletnya adalah pengertian bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khsusus pula dalam hubungan dengan pengembangan potensinya.
            Kepribadian seorang pelatih dapat pula membetuk kepribadian atlet yang dilatihnya. Hal yang penting yang harus ditanamkan pelatih kepada atlet adalah bahwa atlet percaya pada pelatih bahwa apa yang diprogramkan dan dilakukan  oleh  adalah untuk kebaikan dan kemajuan si atlet itu sendiri.

2.  Manfaat Latihan Mental

            Latihan mental harus dikukanlah dengan benar untuk membantu meningkat- kan performance atlet tenis meja. Adapun manfaat latihan mental adalah:
a)  Untuk meningkatkan kemampuan bermain dengan baik dibawah tekanan atau tidak grogi pada saat point kritis;
b)  Untuk meningkatkan kemampuan menentukan bentuk permainan untuk lawan.
c)  Untuk meningkatkan kemampuan untuk menganalisa kelebihan dan kekurangan lawan dan cara menghadapinya.
d)  Untuk meningkatkan kemampuan untuk menganalisis diri sendiri dan menyesuai- kan dengan sendirinya
e)  Untuk meningkatkan kemampuan untuk mencegah masuknya gangguan dan berkonsentrasi penuh pada setiap point.
f)   Untuk meningkatkan kemampuan untuk yakin dan konsisten akan kinerja bermain setiap saat.

3.  Program Mental Training Tenis Meja

            Setelah atlet dilatih fisik, teknik, taktik dan strategi maka program latihan mental dalam cabang olahraga tenis meja disesuaikan dengan kebutuhan mental yang dominan dipakai dalam saat melakukan pertandingan. Tujuan latihan mental dalam olahraga tenis meja waktu melakukan latihan adalah untuk kesiapan dan ketahanan mental atlet dalam pertandingan, sehingga dapat meningkat performence atlet dalam pertandingan. Adapun aspek-aspek mental yang kan dilatih dalam latihan tenis meja adalah latihan relaksasi, konsentrasi, Imageri/visualisasi
a.    Latihan Relaksasi
Untuk  dapat menampilkan seluruh kemampuan  yang telah dilatih  ke dalam suatu pertandingan diperlukan keadaan fisik dan mental yang relaks, bebas dari ketegangan yang mengganggu. Dengan otot-otot yang relaks dapat ditampilkan gerakan-gerakan yang benar, akan didapatkan kelentukan dan kecepatan maksimal dengan akurasi yang baik.
Latihan relaksasi progresif ini harus dilakukan beberapa kali agar anda mahir melakukannya. Latihan ini dapat dilakukan pada saat menjelang tidur, sebelum  latihan olahraga setelah latihan atau kapan saja sebelum anda melakukan aktivitas  yang memerlukan ketenangan dan kosentrasi.
Jika anda sudah mahir melakukannya, anda dapat mempersingkat latihan ini, sesuai  dengan waktu yang anda miliki. Kemudian lanjutkan dan kembangkan latihan ini dengan latihan konsentrasi dan latihan visualisasi. Contoh Latihan relaksasi tenis meja dapat dilihat pada lampiran.
b.    Contoh Latihan Konsentrasi
            Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang atlet tertuju kepada suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Jika konsentrasi atlet terganggu pada saat melakukakan olahraga apalagi dalam pertandingan, maka timbul berbagai masalah seperti berkurangnya akurasi pukulan, tidak dapat menerapkan strategi karena tidak dapat mengetahui harus melakukan apa sehingga sudah pasti kepercayaan dirinya menjadi hilang atau berkurang. Untuk menghindari keadaan tersebut, maka perlu dilakukan latihan konsentrasi. Contoh latihan konsentrasi tenis meja dapat dilihat pada lampiran.
c.    Contoh Latihan Imageri atau Visualisasi Tenis Meja
Imageri atau visualisasi dimaksud sebagai melihat gambaran diri sendiri dalam pikiran. Kita seolah olah melihat filem atau rekaman gerakan diri kita yang diputar di dalam pikiran. ini penting dilakukan di awal latihan. Bayangkanlah diri anda  melakukan suatu gerakan  pukulan yang benar, dengan kecepatan yang diinginkan.
Latihan imageri ini dapat diterapkan kepada atlet, dengan syarat pelatih harus  yakin dan benar apa yang dibayangkan oleh atlet itu adalah gerakan yang benar. Jika atlet sudah  lebih mahir, gerakan yang divisualisasikan itu bisa lebih kompleks, meningkat sampai kepada memvisualisasikan suatu strategi  permainan melawan pemain tertentu, latihan visualisasi ini erat kaitannya dengan latihan  relaksasi  dan konsentrasi.
Latihan Imageri atau visulaisasi dapat dilakukan pada setiap awal latihan , malam sebelum pertandingan, menjelang pertandingan dalam perjalanan ke tempat latihan/pertandingan dan kapan saja  dibutuhkan.
Latihan visualisasi ini dapat digunakan bukan hanya untuk menghadapi pertandingan, akan tetapi juga  untuk  melatih gerakan–gerakan tertentu, seperti gerakan baru atau gerakan yang perlu diperbaiki. Akan tetapi perlu divisualisasikan , itu adalah gerakan yang benar, yang memang dinginkan. Jadi jangan sampai memvisualisasaikan  gerakan yang salah. Contoh Latihan Imageri atau Visualisasi tenis meja dapat dilihat pada lampiran.

4.  Penerapan Mental Training Untuk Mencapai Prestasi Optimal

            Setelah atlet dilatih fisik, teknik, strategi  dan mentalnya, dengan program latihan yang tepat, maka untk menguji hasil latihannya adalah dengan terjun ke dalam pertandingan. Tentunya diharapkan bahwa setiap permainan akan dapat  menampilkan seluruh kemampuan atlet yang didapat dalam latihan yang keras. Namun seringkali atlet tampil “di bawah form”: artinya ia tidak dapat menampilkan seluruh kemampuan yang dimilikinya pada saat pertandingan.  
            Untuk mengatasi hal tersebut di atas, perlu diciptakan situasi yang mendukung tercapainya prestasi optimal dan dilakukan persiapan mental untuk menghadapi suatu pertandingan agar atlet dapat menampilkan seluruh kemampuan- nya sehingga tercapailah prestasi optimal. Ada 4 (empat) tahap penting dalam persiapan  mental  menuju pertandingan sebagai berikut:

a.  Sebelum Hari Pertandingan 

1)  Kumpulkan data-data mengenai kekuatan dan kelemahan lawan. Jika memungkinkan, putarlah rekaman pertandingannya. Kemudian susunlah  strategi untuk menghadapinya. Catatlah semua data dan strategi tersebut di dalam formuir  strategi pertandingan.
2)  Pantau kemajuan atlet, baik fisik dan mentalnya dengan memperhatikan  bagaiman tingkat konsentrasinya, bagaimana irama, timing, power dan kelincahan menjalankan keterampilannya serta sikapnya terhadap latihan  secara umum.
3)  Pantau tingkat kecemasan atlet dengan melihat ekspresi wajahnya apakah cerah atau murung: apakah sinar matanya lebih atau segar dan awas. Juga perhatikan suasana hatinya, bagaimana kualitas tidur dan makananya, apakah ia mengalami faktor-faktor psikosomatis seperti sakit perut, nyeri otot, sesak nafas, demam, batuk, keringat dingin dan sebagainya.
4)  Pada saat tidak latihan, pastikan bahwa atlet tidak “berpikir” mengenai pertandingan selama 24 jam sehari. Berikan aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya yang dapat memberikan suasana gembira sehingga ia bisa mengalihkan pikirannya sejenak dari pertandingan.
5)  Satu hari menjelang pertandingan, biasanya cukup latihan ringan saja dan tidak perlu berada dilapangan terlalu lama. Pada malam hari sebelum bertanding, tidurlah pada saat yang tepat, tidak perlu tidur terlalu cepat. Sebelum tidur lakukan latihan relaksasi  dan visualisasi

b.    Pada Hari Pertandingan

1)  Bangun tidur pada saat yang tepat, tidurlah secukupnya, jangan berlebihan, kemudian lakukan aktivitas rutin seperti kebiasan sehari-hari, seperti: sembahyang berdoa, streacthing, sarapan (perhatikan kapan harus makan dan apa yang dimakan) latihan relaksasi dan visualisasi, memeriksa kembali perlengkapan  pertandingan termasuk cadangannya. Mulailah hari ini dengan pikiran dan orientasi positif.
2)  Berangkatlah ketempat pertandingan pada saat yang tepat. Perhitungkan jarak ke lokasi pertandingan, bagaimana mencapai- nya, kemacetan dan sebagainya tidak perlu berangkat terlalu cepat, namun jangan sampai terlambat sehingga tidak ada waktu untuk istirahat, penyesuaian dan pemanasan.
3)  Di tempat pertandingan kenalilah atlet mana yang perlu berada didekat  teman-temanya dan mana lebih suka menyendiri. Pastikan dilapangan mana atlet bertanding, jangan lupa melapor pada panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan atlet  sudah hafal dimana letak ruang ganti, WC, ruang kesehatan, tes doping tempat ganti senar dan sebagainya
4)  Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya meningkatkan semangat dan tetap berfikir positif. Pelatih dapat menginatkan strategi yang akan diterapkan secara sekilas. Lakukan strokes dengan konsentrasi dan kemudian dilanjutkan dengan visualisasi dan relaksasi.

c.    Saat Bertanding

                        Saat pertandingan tiba, saat itu bukan waktunya lagi memikirkan masalah  teknik. Itu semua sudah dilatih dalam latihan  dan sudah dihayati dalam visualisasi. Sekarang saatnya tinggal mengulang-ulang kejadian yang sudah divisualisasikan dan melakukannya sesuai dengan situasi saat ini. Sekarang adalah saatnya melakukan konsentrasi penuh hanya pada bola tenis meja dan jalannya pertandingan. Anjurkan atlet untuk:
1)  Memantau dan menyesuaikan tingkat kecemasan.
2)  Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap permainan yang sedang dijalani. Kesalahan yang barus atau pernah terjadi dan yang mungkin terjadi jangan dihiraukan.
3)  Relaks secara fisik.
4)  Berpikir positif dan optimisme, jangan biarkan pikiran-pikiran negatif terlintas.
5)  Jangan terlalu banyak menganalisa.
6)  Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama lawan, jika tidak perlu.
7)  Menjalankan strategi yang disipakan. Jangan dirubah jika strategi itu berjalan. Lakukan evaluasi singkat, lakukan penyesuaian jika strategi tidak jalan dengan alternatif strategi yang sudah dipersiapkan.
8)  Hindari menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, berbicara terhadap diri sendiri berlebihan, berpikir negatif, meragukan kemampuan dan menyerah sebelum pertandingan selesai
9)  Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa atau menganti apapun biarkan berjalan demikian. Jangan mengendor jika sedang “leading” dan tidak perlu kasihan jika lawan mendapat angka nol.
d.  Setelah Pertandingan
a.  Mintalah atlet mencatat hal-hal positif maupun negatif yang dirasa berpengaruh terhadap penampilannya dalam peratndingan tadi. Bukan hanya bersifat teknik, taktik dan startegi, tetapi juga yang bersifat  mental bahkan hal-hal kecil lainnya. Catatlah hasil tersebut dalam formulir.
b.  Evaluasi penampilan dalam pertandingan tadi, apakah mencapai sasaran
c. Apakah perlu diadakan penyesuaian terhadap program latihan pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari penampilan dalam pertandingan dan ulangi  dalam visulaisasi  tetapkan target berikutnya (goal setiing)

D.  PENUTUP

1.    Kesimpulan

            Berdasarkan kepada hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a)    Untuk meningkatkan kinerja atau performance atlet tenis meja perlu dilakukan lathan mental training secara berencana dan sistimatis.
b)    Dalam penerapan mental training atlet tenis meja, aspek-aspek yang perlu perhatikan adalah, berpikir positif, motivasi atlet, emosi atlet, ketegangan ke- cemasan atlet,komunikasi dengan atlet, konsentrasi atlet dan evaluasi diri atlet.
c)    Sebelum membuat latihan mental traning atlet terlebih dahulu harus menetapkan  sasaran yang akan dicapai. Untuk menentukan sasaran ada 3 (aspek yang perlu diperhatikan: (1) sasaran harus menantang (2) sasaran harus dapat dicapai (3) sasaran harus meningkat.
d)    Bentuk-bentuk latihan mental untuk atlet tenis meja adalah latihan relaksasai, konsentrasi, dan Imageri atau visualaisasi, bisa dilakukan sebelum  dan sesudah latihan dan pada malam hari sebelum tidur.
e)    Dalam menerapkan latihan mental training atlet untuk mencapai prestasi optimal perlu diperhatikan empat tahap penting dalam persiapan mental menuju pertandingan yaitu: (1) sebelum pertandingan (2) hari pertandingan (3) saat pertandingan dan (4)  setelah selesai pertandingan.

2.  Implikasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut untuk meningkan kinerja dan performance atlet tenis meja dalam pertandingan, perlu dilakukan latihan mental sesuai dengan karakteristik cabang olahraga tenis meja dalam program latihan mulai dari tahap persiapan umum, khusus dan pada masa kompetisi.   

 3.  Saran-saran

Berdasarkan kepada kesimpulan dan implikasi sebagaimanan diuraikan di atas , dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
a)    Latihan mental training adalah latihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengembangan kekuatan mental secara sistimatis dalam jangka panjang untuk: (1) menguatkan kemauan, (2) mengontrol stabilitas emosional (3) mengembang- kan pemikiran, motivasi, sikap, keyakinan, dan tingka laku, serta (4) meningkat- kan proses jasmaniah kinerja individu. Oleh karena itu disarankan kepada pelatih Tenis meja  dapat membuat program mental training sesuai dengan kebutuhan mental dilakukan dalam pertandingan Tenis meja.
b)     Supaya  tujuan  yang ingin dicapai dalam program mental training  terlaksana, maka di sarankan kepada pelatihan agar  memperhatikan 3 (tiga) aspek yaitu:  (1) sasaran harus menantang (2) sasaran harus dapat dicapai (3) sasaran harus meningkat.






 


 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 



Lampiran : Contoh Program Latihan Mental Atlet Tenis Meja


A.    Latihan Konsentrasi

     Adapun contoh latihan konsentrasi sebagai berikut :
Duduk tegaklah di kursi; kedua kaki menapak dilantai dan kedua tangan disamping badan. Tutup mata, ambil napas dalam-dalam lalu keluarkan perlahan-lahan sampai ketegangan disekujur tubuh anda hilang. Begitu merasa rilaks, perhatikan irama napas anda (tanpa mengubah iramanya), lalu mulailah perlahan-lahan menghitungnya. Satu tarikan napas diikuti satu hembusan napas dihitung sebagai satu, kemudian tarikan danhembusan napas berikutnya sebagai dua, dan seterusnya. Saat mencapai hitungan kesepuluh, kembali lagi kehitungan satu dan seterusnya. Jika anda kehilangan hitungan atau lupa angka hitunganya berarti konsentrasi mulai terganggu; karena itu berhentilah berhitung barangsejenak, lalu setelah konsentrasi anda kembali, mulailah lagi menghitung dari satu, sebagai permulaan, latihan ini cukup dilakukan dalam waktu sekitar delapan menit.
     Semakin sering latihan konsentrasi ini dilakukan maka control diri terhadap situasi dimana anda ingin berkonsentrasi akan semakin kuat.

B.  Latihan Imageri/Visualisasi tenis meja
     Contoh Latihan Visualisasi untuk Atlet Tenis Meja.
     Duduk atau berbaring dengan tenang, seperti akan melakukan latihan latihan relaksasi. Pejamkan mata, atur napas, lalu kendorkan otot-otot tubuh. Dalam keadaan rilaks, mata tetap terpejam, bayangkan diri anda melakukan berbagai macam pukulan dari segala arar dengan gerakan yang benar. Ulangi setiap gerakan sampai anda mendapat gerakan yang enak.
     Sekarang bayangkan seumpamanya Anda sudah berada dihari pertandingan. Bayangkankan Anda sudah siap bertanding. Dengan pakaian pertandingan lengkap dan membawah perlengkapan pertandingan,  Anda berjalan menuju tempat pertandingan. Anda melihat suasana ditempat pertandingan, merasakan suhu udaranya, merasakan anginnya, sinar lampunya, lapangannya, penontonnya, dan segala macam hal yang akan dan mungkin terjadi dan terdapat dalam pertandingan.
     Bayangkan anda mulai berdoa, melakukan pemanasan, stretching, senam, latihan bayangan (shadow play), pukulan (stroke) dan sebagainya yang biasa dilakukan sebelum bertanding. Setelah cukup pemanasan, Anda istirahat sebentar sampai kemudian nama Anda (regu anda) dipanggil oleh wasit memasuki lapangan pertandingan. Anda berjalan memasuki lapangan pertandingan dengan membawah perlengkapan pertandingan (bat, lat keringat) dan meletakkan disisi lapangan kemudian melakukan pemanasan dengan calon lawan. Anda mencoba bermacan-macam pukulan dan merasakan jenis pukulan lawan dengan jenis karet yang digunakan. Lalu wasit melakukan toss, danda memeriksa jenis karet yang digunakan oleh lawan dan Anda siap memilih bolaatau tempat jika anda menang toss. Rasakan bahwa anda siap bertanding, penuh percaya diri, berpikiran positif dan relaks.
     Sekarang tiba saat pertandingan. Bayangkan Anda mulai bertanding dengan semangatuntuk memanangkan pertandingan dengan bermain bagus. Anda melakukan atau menerima servis pertama dan seterusnya, terapkan strategi yang telah anda siapkan untuk mengdapai lawan Anda tersebut. Jadi disini seolah-olah Anda menyaksikan rekaman film jalannya pertandingan anda dengan lawan anda tersebut. Tentukan siapa lawanya.
     Dalam bayangan anda, umpamakan strategi Anda berjalan mulus sehingga unggul dalam pengumpulan angka. Siapkan apa yang harus dilakukan agar angka Anda tidak terkejar dan memenangkan game tersebut. Lalu bayangkan jika Anda ketinggalan angka, strategi apa yang Anda lakukan Agar anda bisa mengejar ketinggalan tersebut, menyamakan dan bahkan menyusulnya sehingga Anda memenangkan game tersebut. Juga bayangkan seandainya pertandingan berjalan ketat, alot dan skor susul menyusul. Strategi permainan yang bagaimana yang akan Anda lakukan untuk mengatasinya. Lalu bagaimana jika terjadi “deuce atau rubber set”. Jadi dalam bayangan anda sudah disiapkan segala macam kemungkinan yang dapat terjadi dalam pertandingan, termasuk kemungkinan Anda menjadi tegang, marah, kesal, cedera, sakit atau hilang konsentrasi. Siapkankan cara-cara mengatasinya sehingga anda dapat mengembalikan konsentrasi anda dan tidak sampai kehilangan rasa percaya diri.  Misalnya dengan minta waktui untuk melap keringat, mengikat tali sepatu dan sebagainya tergantung situasi saat itu. Yang penting disini, Anda harus berpikir positif, tenangkan diri anda, atur napas, relaks dan konsentrasinya hanya kebola.
     Nah segala kemungkinan yang dapat terjadi di dalam pertandingan nanti sudah siap Anda hadapi. Segala macam jenis pukulan, variasi serangan dan pertahanan sudah disiapkan, mental juga sudah siap, Anda sudah siap bertanding. Sekarang yakinkan diri bahwa Anda DAPAT BERMAIN BAIK, sesuai dengan kemanpuan yang Anda miliki, yang didapat dari latihan keras dan disiplin diri. Katakan pada diri sendiri: ‘FISIK, TEHNIK, TAKTIK, DAN MENTAL SAYA SUDAH TERLATIH, SEKARANG SAYA SIAP BERTANDING! SAYA BISA BERMAIN BAGUS DAN MEMENANGKAN PERTANDINGAN!” Kemudian tarik napas dalam-dalam,….tahan,…..lepaskan perlahan-lahan sambil sekali lagi ucapkan: “SAYA SIAP BERTANDING” Lalu bukalah mata anda.

C.  Latihan Relaksasi

     Contoh Latihan relaksasi tenis meja
     Carilah tempat yang sepi, yang enak untuk duduk atau berbaring. Anda membutuhkan waktu sekitar sepuluh sampai lima belas menit. Carilah tempat duduk yang enak, duduklah dengan kedua telapat kakimenapak dengan relaks di atas lantai. Kedua tangan diatas pangkuan, punggung dan kepala di sandarkan kekursi. Jika anda memilih berbaring dilantai, letakkan tangan anda di samping badan, kedua kaki ditelonjorkan/diluruskan dan punggung biarkan rata dengan lantai.
     Mulailah untuk relaks. Pejamkan mata, jernih pikiran anda, biarkan seluruh bagian tubuh anda terkulai. Bayangkan pusat kekuatan dan berat tubuh anda berada sekitar lima sentimeter dibawah pusar.
     Relaksasi progresif dimulai dengan bagian tubuh yang dominant. Jika anda kidal, mulailah dengan bagian tubuh sebelah kiri; dan jika tidak kidal mulailah dengan sebelah kanan. Mata tetap terpejam dan pusatkan perhatian pada irama napas Anda. Tarik napas dalam-dalam lewat hidung sampai rongga dada terasa penuh…. tahan sampai empat hitungan….. lalu buang perlahan-lahan, dorong dari perut ke dada dan lepaskan lewat mulut….Ulangi. Tarik,…..tahan…..., lepaskan. Kosongkan pikiran anda, tetapi biarkan jika ada yang terlintas dalam pikiran anda. Rasaklan badan anda dan pikiran anda melayang….tarik napas , tahan,……lepaskan.
     Kiata mulai dengan tangan yang dominan. Kepalkan tangan, tidak perlu terlalu keras. Tahan dan rasakan ketegangan di otot-otot tangan, lalu pelan-pelan kendorkan,…..lepaskan,…biarkan ketegangan hilang,…. betul-betul relaks. Buat kepalan tangan yang satunya,….tahan, lepaskan pelan-pelan.
     Sekarang pindah ke kepala. Kerutkan dahi,….alis mata…..kencangkan rahang dan bibir anda,….. tahan,…. lepaskan pelan-pelan,….rasakan ketegangan hilang,…. melayang menjauhi diri anda bersamaan dengan kendornya otot-otot anda,….. atur napas.
     Angkat bahu mendekati telinga,….tahan,kendorkan. Hayati perasaan rileks menjelajahi tubuh anda,….menjalar ke peruk,….. paha,……kaki,…. sampai ujung jari kaki,….ke lantai. rasakan rilaks semakin mendalam,….. pelan-pelan palingkan kepala anda kekanan, kedepan,…. kekiri,….diam. Gerakkan lagi kedepan,…..kekanan…….balik kedepan,… dan rilaks dengan posisi yang enak, ditopan oleh leher. Atur napas dan alihkan perhatian ke daerah perut.….tarik kearah tulang punggung…… tahan……lepaskan pelan-pelan.
     Sekarang kaki kanan.Dorong tumit kearah lantai,….tahan,….lepaskan. Arahkan ujung-ujung jari.   

DAFTAR PUSTAKA



Gunarsa. Singgih. D. Psikologi Olahraga Prestasi. PT. BPK Gunung Mulia. 2004

Hjelle A. Larry, Ziegler J.Daniel, Personality Theories, Second Edition, Basic Assumption, Research, and Applications, 1981

Nasution, YuanitaPsikologi Olahraga Bulutangkis, Jakarta : PBSI, 1999

PBSI, Pola Pembinaan Bulutangkis Nasional, Jakarta: PB PBSI, 1985

Ryckman M.Richard, Theories of Personality, Ninch Edition, Printed in the USA, 2008

-----------------, Suara Pembaharuan 15 Desember 2006, hal  6

----------------, Planet Badminton  5 Mei 2007 hal 17

Setyobroto, Sudyobyo,  Mental Training Jakarta: Percetakan Solo, 2001

------------------, Psikologi Kepelatihan, Jakarta: Penerbit CV. Jaya Sakti,1993

Williams, Jean M, Applied Sport Psychology Personal Geowth Performance, London: Myfield Publishing Company, 1992

Wiley, John & Sond, Unsderstanding Physicological Preparation for Sport, New York: 1996  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar