Selasa, 16 April 2013

PERBANDINGAN PENDIDIKAN JASMANI ANTARA INDONESIA DENGAN JEPANG


PERBANDINGAN PENDIDIKAN JASMANI ANTARA
INDONESIA DENGAN JEPANG

Oleh: Andi Akbar
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM


A.     PENDAHULUAN

Perbandingan pendidikan (Comparative Education) sebagai salah satu bagian dalam bidang pendidikan memulai peran nyatanya pada tahun 1960-an walaupun pada hakikatnya kegiatan perbandingan pendidikan itu telah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu dan telah ikut pula melahirkan berbagai institusi pendidikan secara formal. Dalam usianya yang relatif muda, "perbandingan pendidikan" telah menunjukkan sumbangannya terhadap perbaikan dan peningkatan pendidikan di berbagai negara. Namun demikian, tidak mengherankan apabila intensitas perhatian dan kegiatan formal perbandingan pendidikan ini sangat berbeda antara negara-negara bahkan juga tidak sama secara regional. Inggris beserta beberapa negara Eropa lainnya dan Amerika Serikat, misalnya, dianggap sebagai negara yang besar sumbangannya dalam memprakarsai cabang ilmu "perbandingan pendidikan" ini, baik berupa perumusan konsep, teori, maupun pelaksanaan berbagai penelitian.
            Ada sejumlah alasan yang valid untuk menawarkan penting perbandingan Penjas disetiap negara. Yang paling sering dikutip adalah dengan “mengetahui kesuksesan dan kegagalan orang lain, kita akan mampu memperbaiki sistem kita sendiri”. Bagi beberapa orang, bagaimanapun jawabannya adalah yang agak mirip pada pendaki gunung ketika ditanya, mengapa dia naik gunung?  karena gunung itu ada di sana? Dengan kata lain bahwa ada orang lain yang bekerja di bidang yang sama yang cukup merangsang untuk rasa keingintahuan beberapa praktisi (1) apa yang mereka lakukan, (2) bagaimana mereka melakukannya, dan (3) mengapa mereka melakukannya dan seterusnya            Perbandingan Penjas adalah studi tentang program Penjas di negara-negara lain. Alasan studi ini meliputi: (1) kita dapat belajar tentang berbagai program yang berbeda di seluruh dunia, (2) kita mengembangkan bakat kepemimpinan melalui studi perbandingan dari sistem Negara lain, (3) kita belajar tentang tujuan, ide, dan pengalaman budaya lainnya, (4) membantu kita menilai dan meningkatkan sistem pendidikan kita, dan (5) juga membantu mempromosikan saling pengertian dan kerjasama profesional di forum Internasional.
            Studi perbandingan didasarkan pada asumsi bahwa (1) sistem pendidikan ini berpola pada nilai-nilai tradisional dan praktek budaya, (2) sistem pendidikan  bekas koloni sangat dipengaruhi oleh kekuasaan kolonial, (3) jika negara adalah bangsa yang muda, akan  berbahaya bila hanya mempertahankan system lama yang tidak berubah atau hanya mengadopsi sistem bangsa lain, dan (4) negara-negara muda boleh berasumsi bahwa kualitas program-program baru mereka dapat diterima, sehingga memungkinkan terjadinya stagnan. Masalahnya mengadopsi pola pendidikan asing mungkin tidak sesuai dengan pola budaya dan kebutuhan bangsa tersebut.
            Penjas adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan, melalui proses pengajaran diharapkan terjadi perubahan perilaku pada peserta didik. Dalam rangka mendidik anak seutuhnya, pendidikan harus meliputi kesatuan jasmani dan rohani. Tidak ada mata pelajaran lain yang tujuannya majemuk dan selengkap Penjas. Sayangnya tujuan tersebut belum sepenuhnya tercapai  karena  pelaksanaan  Penjas belum sesuai dengan harapan. Banyak kendala yang dijumpai, seperti terbatasnya sarana dan prasarana juga faktor guru yang belum memadai dalam jumlah dan mutunya. Sampai saat ini kendala tersebut belum sepenuhnya teratasi.
           
            Jepang sebagai negara yang pernah menjajah bangsa Indonesia sekian puluh tahun, tentu ada hal-hal yang dapat ambil ketika Jepang menjajah bangsa kita.
            Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji perbandingan Penjas di Indonesia dengan Jepang. Mengapa penulis tertarik untuk membandingkannya dengan Jepang? Karena Jepang merupakan negara termaju di Asia walaupun Negara tersebut sering dilanda gempa tetapi memiliki trik-trik tertentu dalam upaya untuk memberikan proses pembelajaran yang lebih efektif, sehingga diharapkan Indonesia dapat mengadopsi hal-hal yang positif yang kiranya dapat diterapkan dengan situasi dan kondisi di Indonesia, sehingga pencapaian tujuan dari Penjas dapat tercapai secara optimal.

1.    Pengertian, Tujuan, dan Cakupan llmu Perbandingan Pendidikan


Dalam dunia pendidikan hal seperti digambarkan di atas mungkin pula terjadi. Oleh karena itu, para administrator pendidikan dalam menetapkan suatu kebijakan kependidikan nasional sering mempelajari dan melakukan perbandingan dengan pendidikan-pendidikan di negara-negara lain. Dalam skala yang lebih kecil, sekolah dapat melakukan perbandingan dengan sekolah-sekolah lain, dan sebuah universitas dapat pula melakukan perbandingan dengan universitas-universitas lain, baik yang berada di daerahnya, negarahya sendiri atau yang berada di negara-negara lain.
Yang menjadi isu pokok dalam melakukan perbandingan pendidikan adalah tidak jelasnya pengertian, tujuan, dan hal-hal yang akan dibandingkan. Sering pertanyaan sinis diajukan apakah suatu deskripsi suatu sistem pendidikan Nasional sebuah negara sudah dapat dianggap sebagai perbandingan pendidikan, ataukah hal seperti itu hanya merupakan sebuah studi biasa tentang pendidikan asing. Berbagai pendapat muncul mengenai masalah ini.
                Tujuan perbandingan pendidikan ialah untuk mengetahui perbedaan-perbedaan kekuatan apa saja yang melahirkan bentuk-bentuk sistem pendidikan yang berbeda-beda di dunia ini (Kendal, dalam Halls 1990). Dengan kata lain, pada sebuah negara, misalnya kekuatan keagamaan merupakan faktor pendorong utama dan menjadi dasar pembentukan sistem pendidikan, sementara di negara lain faktor sosial merupakan landasan berpijak suatu sistem pendidikan. Ada kemungkinan sebuah negara rnemformulasikan sistem pendidikannya dengan meletakkan pertimbangan utamanya pada sosial ekonomi, sosial demografis dan sosial budaya. Sejalan dengan Kendal, Nicholas Hans (dalam Halls, 1990, hal.22) merumuskan bahwa tujuan perbandingan pendidikan ialah untuk mengetahui prinsip-prinsip apa sesungguhnya yang mendasari pengaturan perkembangan sistem pendidikan.
Pendapat yang lebih umum mengikuti pola perumusan yang dilakukan dalam bidang sosiologi, bahwa tujuan perbandingan pendidikan adalah untuk memperoleh morfologi pendidikan, yaitu suatu gambaran dan klasifikasi global mengenai berbagai bentuk pendidikan; untuk mengetahui hubungan dan interaksi antara elemen-elemen dalam pendidikan dan hubungan antara pendidikan dan masyarakat; dan untuk membedakan perubahan-perubahan yang fundamental dalam pendidikan dan hal-hal yang tetap dipertahankan, serta menghubung- kan keduanya dengan nilai-nilai filosofis yang diyakini.
Yang sering menjadi perdebatan dalam hal perbandingan pendidikan ini ialah mengenai isi atau cakupannya. Dengan kata lain, apa saja yang akan dicakup dalam kegiatan perbandingan pendidikan. Prof. T. Neville Postlethwaite dari Inggris yang banyak telibat dan sangat berpengaruh dalam "International Educational Achievement Study" (IEA) merumuskan beberapa tema, antara lain: ekonomi pendidikan, perencanaan pendidikan, pendidikan prasekolah, pengajaran dan pendidikan guru, pendidikan tinggi, statistik pendidikan, pendidikan nonformal, pendidikan orang dewasa, dan aspek pengembangan manusia.

2.    Definisi Penjas

            Menurut Abdul Gafur (1983:6), Penjas adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dam keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.
Menurut Nixon dan Jewett (1980:27), Penjas adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respons yang terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial.  Sedangkan menurut Rusli Lutan (2001:1), Penjas adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan.

3.    Konsep Dasar Penjas

            Istilah Penjas yang telah dikenal pada tahun 1950-an di Indonesia, cukup lama menghilang dari wacana, terutama, sejak tahun 1960-an, tatkala istilah itu diganti dengan istilah olahraga. Dampak dari perubahan tersebut sangat luas dan mendalam, terutama terhadap struktur dan isi kurikulum di semua jenjang pendidikan sekolah. Kesalahpahaman juga terjadi terhadap makna kedua istilah itu, karena hampir selalu hanya dikaitkan dengan kepentingan pembinaan fisik, seperti untuk tujuan berprestasi atau sebatas pencapaian derajat kebugaran jasmani.
Penjas merupakan bagian integral dari pendidikan. Penjas dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, yang mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral. Tujuan tersebut tidak akan tercapai dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pengajaran dan pembelajaran yang dikelola dengan sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak dapat terjadi secara instan, tetapi harus melalui proses dan melibatkan semua komponen yang berkaitan dengan pendidikan untuk bekerjasama secara sinergis untuk mencapai tujuan.
Untuk dapat memahami secara mendalam konsep dasar Penjas, maka pembahasannya ditinjau dari tiga aspek yakni sejarah, pandangan filsafat, dan bukti-bukti ilmiah.

4.    Perspektif Sejarah

Pasang surut keolahragaan nasional, yang telah merasuki kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman pra kemerdekaan, memang banyak di pengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan faktor politik. Namun, apapun kelebihan dan kelemahan kebijakan nasional yang pemah diluncurkan, kesemuanya itu merupakan respons nyata yang diposisikan oleh pemerintah untuk menjawab tantangan zaman pada masa itu.
            Gerakan Olympiade dan idealisme perdamaian dan per- sahabatan yang terliput di dalamnya turut mempengaruhi pasang surut Penjas. Bahkan, ada dampak positif dan negatifnya. Dampak positifnya berupa penyebarluasan olahraga dan nilai-nilai di dalamnya, sedangkan dampak negatifnya antara lain ialah hilangnya olahraga tradisional.
Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan pasar kerja juga ikut menjadi kekuatan penentu dalam hal penyiapan tenaga profesional di bidang olahraga pada umumnya. Dalam kaitan ini, profesi guru tetap dibutuhkan meskipun penghargaan yang diberikan kepada- nya belum memadai.
Yang tak kalah pengaruhnya ialah kekuatan sosial budaya yang terdapat di lingkungan sekitar, ikut membentuk model mental, yang maksudnya adalah cara pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya, yang berpengaruh terhadap persepsi status Penjas.
Untuk menjawab tantangan yang bersifat globalisasi dewasa ini, maka arah pembaruan Penjas adalah untuk mendukung pembaruan pendidikan pada umumnya, yang tertuju pada upaya:
a)     Memelihara hasil pembangunan di bidang pendidikan yang telah dicapai setelah Indonesia merdeka, yang sebagian mengalami kerusakan;
b)     Meningkatkan daya saing dan keunggulan dalam berbagai bidang, terutama aspek ekonomi; dan
c)     Mempercepat pengalihan nilai-nilai demokrasi dalam semua fase kehidupan. (Sumber: Rusli Lutan dkk, 2002:3).
            Penjas adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, intelektual, dan emosional, merupakan turunan dari konsep Penjas yang dikembangkan di Amerika Serikat. Konsepnya adalah "ide besar dari Penjas adalah bukan pendidikan tentang badan, tetapi hubungan antara pembinaan fisik untuk menyempurnakan pendidikan", atau lebih konkret lagi, rumusan bapak Penjas modern AS, Hetherington, yang pada tahun 1910 menetapkan empat dimensi tujuan Penjas, yang mencakup pengembangan fisik, motorik, mental dan sosial. (Sumber: Rusli Lutan dkk, 2002:4)

5.    Pandangan Filsafat

Pandangan ini berakar pada filsafat pendidikan John Dewey yang memahami hakikat peserta didik sebagai manusia utuh, kesatuan jiwa dan badan yang melumat satu sama lain. Filsafat pendidikan John Dewey memiliki mata rantai dengan paham yang diletakkan para tokoh pendidik terdahulu di Eropa, sejak Russeau dari Perancis dengan pandangan holistik tentang peserta didik dan peranan pengalaman sensoris atau pengalaman gerak untuk membentuk watak kerja sama dan kompetisi, yang semuanya menekankan peranan pengalaman sensoris sebagai alat pendidikan.
Kebangkitan bermain sebagai konsep filosofis dan peranannya dalam hidup dan pendidikan menempatkan kegiatan bermain sebagai batu loncatan bagi pendidikan. Pandangan ini sangat jelas mempengaruhi aliran pendidikan gerak dalam Penjas yang muncul tahun 1950-an yang percaya bahwa pengalaman gerak yang bermakna sangat penting untuk menjadikan seseorang sepenuhnya berfungsi.

6.    Bukti-Bukti Ilmiah

Hasil riset mutakhir menunjukkan betapa pentingnya pengaruh bermain dan olahraga terhadap anak-anak yakni untuk menumbuh-kembangkan kemampuan kognitif dan inteligensi. Bermain dan berolahraga didefinisikan sebagai aktivitas yang menggembirakan dan menekankan partisipasi aktif pelakunya, memberikan banyak manfaat yang esensial bagi perkembangan fisik, sosial dan emosional yang sehat.

7.    Tujuan Penjas

Setiap pengajaran berawal dari perumusan tujuan. Tujuan berfungsi untuk mengarahkan, dan memusatkan pelaksanaan proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa, harus memahami tujuan pengajaran Penjas sehingga dapat dijamin terlaksananya pengajaran yang efektif.
Apa sebenarnya tujuan Penjas? Tujuan Penjas bersifat menyeluruh (holistik), maksudnya adalah bukan hanya pada aspek psikomotor, tetapi juga kognitif dan afektif.
Pengembangan psikomotor mencakup aspek kesegaran jasmani yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ tubuh, yaitu untuk meningkatkan efesiensi fungsi faal tubuh.
Pengembangan kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep dan lebih penting lagi, adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah.
Pengembangan afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh.
Penjas adalah wahana untuk mendidik anak. Penjas merupakan "alat" untuk membina seseorang agar kelak mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan tercapai bila seseorang mengalami langsung aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani dapat berupa permainan atau olahraga yang terpilih. Kegiatan itu bukan sembarangan aktivitas, atau bukan pula hanya sekedar berupa "gerakan badan" yang tidak bermakna, tetapi merupakan aktivitas jasmani yang terpilih. Aktivitas yang terpilih itu merupakan pengalaman belajar yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar. Beragam aktivitas jasmani dimanfaatkan untuk mengembangkan kepribadian anak secara menyeluruh. Karena itu para ahli sepakat bahwa Penjas merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani.

8.    Status Penjas di Sekolah

Mengapa Penjas diajarkan sekolah? Tujuan ideal Penjas itu bersifat menyeluruh, sebab bukan hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga aspek lainnya yaitu kognitif, afektif, intelektual, emosional, sosial, dan moral. Sehingga diharapkan dampak jangka panjang yang dapat diperoleh dari Penjas adalah menjadi seseorang yang percaya diri, berdisiplin, sehat, bugar, dan hidup bahagia.
            Pelajaran Penjas merupakan sesuatu yang sangat vital yang sangat peduli bukan hanya pada aspek fisik, tetapi juga turut mengembangkan psikis seseorang sehingga Penjas perlu mendapat perhatian dari para pendidik khususnya guru Penjas, agar dapat mengelola pelajaran tersebut dengan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai proses evaluasi. Disamping itu kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa mata pelajaran Penjas bagi sebagian besar siswa merupakan mata pelajaran favorit yang sangat dinantikan kehadirannya.

9.    Pandangan-Pandangan Mengenai Penjas

Berdasarkan data yang diperoleh dari B3PTKSM, dapat diperoleh gambaran mengenai pandangan-pandangan mengenai Penjas di SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi.
a)  Murid-murid sekolah dasar kelas 1 s.d. 3 memandang program Penjas sebagai tempat untuk berlari, memperoleh kegembiraan dan mempelajari permainan. Mereka juga menginginkan latihan sehingga rnereka dapat tumbuh menjadi besar dan kuat. Sebagian dari mereka menyatakan hasrat untuk belajar menjadi atlit dan ingin bermain dalam tim. Mereka yang koordinasinya kurang berharap dapat memperbaiki kesegaran jasmaninya sehingga mereka dapat bermain dengan teman-teman lain.
b)  Murid-murid sekolah dasar kelas 2 s.d. 6, menyatakan bahwa program Penjas harus memberikan kemungkinan untuk bergembira dan mempelajari keterampilan. Mereka juga menyatakan kebutuhan untuk berlatih meningkatkan kesegaran jasmani. Pada umumnya mereka memandang pelajaran Penjas sebagai satu tempat memperoleh teman baru. Mereka juga menekankan bahwa program pendidikan jasrnani memberikan kesempatan untuk menunjukkan kebolehan dan mengurangi ketegangan.
c)  Di Sekolah Menengah Pertama. Siswa menyatakan bahwa Penjas harus berkenaan dengan perbaikan kesegaran jasmani dan kesehatan. Mereka menyatakan ingin mempelajari keterampilan baru dan beragam cabang olahraga. Mereka juga menyatakan bahwa Penjas harus lebih berbuat banyak daripada hanya mengembangkan tubuh; ia harus juga mengembangkan pikiran dan mempersiapkan siswa untuk pekerjaan di masa akan datang. Siswa memandang Penjas sebagai tempat belajar fair play dan sportivitas. Mereka juga menekankan bahwa mereka ingin mempelajari aktivitas yang nanti diperlukan dalam waktu senggang. Sebagian besar dan mereka menyatakan keinginan bermain dalam satu tim.
d)  Di Sekolah Menengah Atas. Mereka menekankan bahwa kegiatan jasmani penting, karena dapat memperbaiki tingkat kesegaran jasmani dan kesehatan. Mereka menyatakan bahwa mereka ingin mempelajari banyak keterampilan yang diperlukan dalam berbagai cabang olahraga. Mereka juga ingin berpartisipasi dalam aktivitas yang akan bermanfaat bagi mereka dalam penggunaan waktu senggang. Siswa sekolah menengah ini memandang pelajaran Penjas sebagai satu tempat untuk belajar menghargai teman lain. Mereka juga menyatakan bahwa program Penjas memberikan mereka satu perubahan irama dari pelajaran akademik.
e)  Di Perguruan Tinggi. Mahasiswa menekankan pentingnya peran Penjas dalam perkembangan neuromuskuler dan efisiensi kardiovaskuler. Mereka menyatakan bahwa Penjas memberi rangsang mental dan kesempatan sosialisasi dengan orang lain. Mereka juga menyatakan bahwa Penjas memberi kesempatan bagi mental untuk releks dari kegiatan akademik dan memperkenalkan kepada mereka berbagai aktivitas yang terbukti berguna dalam pemanfaatan waktu senggang. Mahasiswa memandang Penjas sebagai sumbangan bagi perkembangan mental, jasmani, sosial dan psikis (Bucher,1983:50-51).

10.   Perbandingan Penjas Antara Indonesia dan Jepang

a.  Sejarah Penjas di Indonesia dan Jepang

1)  Sejarah Penjas di Indonesia
a)  Zaman kerajaan. Latihan jasmani pada masa itu disamping untuk rekreasi juga untuk pembinaan jasmani dalam rangka tujuan tertentu yaitu melatih keprajuritan. Olahraga tradisional tumbuh di daerah-daerah.
b)  Zaman penjajahan Belanda. Pada masa itu berkembang sistem Jerman, system Swedia dan sistem Austria. Lembaga Penjas yang didirikan ialah sekolah senam dan sport militer di Bandung dan AILO di Surabaya. PSSI berdiri tahun 1930 untuk menandingi NIVU.
c)  Zaman penjajahan Jepang. Jepang berusaha melatih latihan kemiliteran pemuda-pemuda Indonesia untuk memerangi bangsa barat. Jepang juga mengajarkan olahraga yang dibawa dari negrinya yaitu Sumo, Yudo, Karate, dan Taiso.
d)  Zaman kemerdekaan 1945-1950. Kementerian dan Pengajaran bertugas pokok: (1) Menyelenggarakan latihan-latihan jasmani guna memasuki angkatan perang secara besar-besaran; (2) membina mental yang rusak akibat penjajahan Belanda dan Jepang. Tahun 1946 diselenggarakan kongres olahraga pertama di Indonesia yang menghasilkan PORI yang tugasnya mengatur dan memusatkan segala urusan olahraga di seluruh Indonesia. Untuk mengurus kegiatan olahraga di luar negeri maka dibentuklah KORI
e)  Masa tahun 1951 sampai 1990-an. Banyak kegiatan yang dilakukan untuk memajukan Penjas dan olahraga di Indonesia, yaitu; (1) PON 4 tahun sekali; (2) POMNAS 2 tahun sekali; (3) Mengikuti Olympic Games 4 tahun sekali (4) Mendirikan departemen olahraga tahun 1962; (5) Melaksanakan panji olahraga; (6) Membentuk BAPOPI; (7) Menetapkan HAORNAS; (8) Kompetisi-kompetisi cabang-cabang olahraga.
2)           Sejarah Penjas di Jepang
             Jepang adalah bangsa yang besar penduduknya, terdiri dari empat pulau besar dan banyak pulau kecil. Walaupun kontak dengan Barat telah dibuat sejak awal tahun 1542 dan beberapa hubungan dagang telah diselenggarakan, satu pemerintah feodal yang menekan muncul pada abad ke 17 dan berlangsung kira-kira 250 tahun sampai tahun 1867. Tahun ini ditandai pemulihan dari Meiji yang melanjutkan hubungan dengan Barat. Banyak orang Jepang pergi keluar negeri untuk belajar dan kembali ke Jepang dengan membawa pengetahuan tentang perkembangan di luar negeri dalam ilmu kemiliteran, lembaga politik dan kemajuan industri. Jepang juga sangat bersemangat untuk menjadi satu kekuatan dunia dan cenderung mempunyai perasaan nasionalisme yang kuat, maka Penjas menjadi faktor yang penting. Latihan-latihan militer dan senam (sistem Swedia) menggantikan program olahraga dan permainan.  Setelah perang dunia II di mana aktivitas fisik untuk kesiapan militer mendominasi, undang-undang baru pendidikan secara lengkap menyusun program sekolah masuk Penjas. Enam tahun di sekolah dasar disambung dengan masing-masing tiga tahun di sekolah menengah pertama dan atas.
          Penjas diwajibkan pada kedua jenjang sekolah ini. Di samping itu ada Penjas yang diwajibkan sebagai satu bagian dari rencana pendidikan umum di universitas. Sekarang Penjas di Jepang mirip dengan yang diselenggarakan di Amerika Serikat. Suatu usaha telah dilakukan untuk menggabungkan Penjas dengan mata pelajaran lain. Minat, kebutuhan dan kemampuan individual mendapatkan perhatian pada waktu anak laki-laki dan perempuan ambil bagian setiap hari dalam Penjas.
             Olahraga, permainan, menari dan bentuk pendidikan di luar gedung sekolah menjadi aktivitas utama. Penekanan diletakkan pada peningkatan kesehatan, kepribadian dan keterampilan gerak dan ketajaman sosial melalui seleksi yang bijaksana, terhadap aktivitas-aktivitas dan metode dalam mengajar.
             Jepang terkenal dengan gulat dan judonya. Atlet Jepang adalah peserta yang kuat dalam pesta olahraga di Timur Jauh, mereka juga masuk dalam Olympiade. Perenang-perenang Jepang dikenal luas di dunia dan kehadirannya dalam kompetisi internasional sudah terkenal. Perkembangan program olahraga setelah sekolah dan aktivitas di banyak klub dan organisasi menunjukkan bahwa Jepang akan secara terus menerus menciptakan atlet-atlet terkenal. Jepang telah mengadopsi baseball sebagai olahraga nasional utama dan dalam prosesnya telah mengembangkan beribu-ribu tim amatir dan beberapa tim profesional.

b.  Pelaksanaan Penjas Indonesia dan Jepang

1)  Pelaksanaan Penjas di Indonesia
               Penjas di Indonesia merupakan sebuah konsep yang universal. Berdasarkan pengertian Penjas seperti yang telah diungkap sebelumnya, Penjas ditekankan pada kesehatan dan kebugaran jasmani, rekreasi dan peningkatan kualitas hidup manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut maka sarana yang digunakan adalah melalui aktifitas olahraga, permainan dan aktifitas lain yang berkaitan dengan seni.
2)  Pelaksanaan Penjas di Jepang
               Penjas di Jepang, penekanannya diletakkan pada peningkatan kesehatan, kepribadian, keterampilan gerak dan ketajaman sosial melalui seleksi yang bijaksana, terhadap aktivitas-aktivitas dan metode dalam mengajar.

c.  Strategi Pembelajaran Penjas di Indonesia dan Jepang

1)  Strategi Pembelajaran Penjas di Indonesia
               Penyampaian materi pelajaran Penjas umumnya masih menggunakan pendekatan tradisional. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya guru Penjas yang dalam menyampaikan materi dalam satu arah, artinya sistem pembelajaran dengan metode komando lebih banyak digunakan. Walaupun metode lain juga diterapkan, namun dalam pelaksanaannya kurang mampu menantang siswa untuk lebih meningkatkan kreatifitas serta keberaniannya untuk mengeluarkan pendapat. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang lebih menitik beratkan pada pemberian instruksi dari guru dalam melakukan suatu tugas gerak.
               Kebiasaan siswa untuk hanya sekedar meniru dan melaksanakan setiap instruksi dari guru dalam melakukan suatu tugas gerak pada akhirnya melekat erat pada siswa secara umum. Kekayaan jenis-jenis permainan tradisional yang menyebar di wilayah Indonesia kurang dimanfaatkan oleh guru. Dalam memberi- kan materi, guru terpaku pada GBBP, serta materi yang diberikan sejak SD hingga SMA banyak yang tumpang tindih, sehingga nampak materi itu tidak berkesinambungan, tetapi sering berulang-ulang. Sebagai contoh passing bawah sudah diajarkan di SMP, namun nanti di SMA akan diajarkan lagi materi sama.
               Proses pembelajaran Penjas cenderung lebih banyak menekankan pada proses peniruan gerak atau teknik standar yang dilakukan guru terhadap siswa melalui pengulangan, sehingga menjadi gerak otomatis. Hal ini memiliki banyak kelemahan, antara lain kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga menghambat kreatifitas siswa sekaligus menyebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam mengembangkan daya nalar.
               Pengelolaan pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar pada umumnya guru memberikan materi secara klasikal atau seragam untuk semua siswa. Hal ini mengandung kelemahan yaitu kurangnya pertimbangan terhadap masalah perbedaan individu. Partisipasi siswa tidak diberikan secara maksimal karena kegiatan terlalu berpusat pada guru sehingga siswa hanya mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh guru tanpa memberikan kebebasan pada siswa untuk dapat berkreasi serta memecahkan masalah dalam melakukan gerakan. Pendekatan yang berorientasi pada tugas juga jarang dilakukan serta jarang mengkaitkan pengalaman hidup dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2)  Strategi Pembelajaran Penjas di Jepang
               Penyampaian materi pelajaran Penjas umumnya menggunakan pendekatan pengajaran terbuka. Maksudnya siswa diberi tugas gerak dan guru hanya bertindak sebagai pembimbing. Sehingga siswa diberi kebebasan untuk berpikir, dan memecahkan masalah. Hal ini memiliki banyak keuntungan, antara lain keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga meningkatkan kreatifitas siswa sekaligus meningkatkan kemampuan siswa dalam mengembangkan daya nalar.
               Dalam memberikan materi, guru tidak terpaku pada kurikulum, guru bebas menentukan materi apa yang akan diberikan sesuai dengan kondisi dan situasi yang diperlukan pada saat itu. Pengelolaan pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar pada umumnya guru memberikan materi secara spesialiasasi kepada siswa-siswanya. Hal ini memiliki kelebihan yaitu materi disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan siswa bebas untuk mengembangkannya sesuai dengan keinginannya.

d.  Pemilihan Bahan Ajar Penjas Indonesi dan Jepang

1)  Pemilihan Bahan Ajar Penjas di Indonesia
               Banyaknya aktifitas dalam proses pembelajaran Penjas mengharuskan guru untuk memilih aktivitas mana yang paling cocok bagi siswanya. Pada umumnya guru-guru Penjas di Indonesia dalam memberikan materi pelajaran mengambil materi yang disesuaikan dengan materi yang ada dalam kurikulum.
2)  Pemilihan Bahan Ajar Penjas di Jepang
               Berbeda dengan di Indonesia, dalam memberikan materi, sekolah memiliki otonomi untuk dapat mengatur sendiri materi yang akan diajarkan kepada siswa, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di sekolah tersebut. Materi pelajaranpun lebih banyak tertuju pada kecabangan (spesialisasi). Dalam mengajarpun guru Penjas di Jepang tidak perlu untuk membuat satuan pelajaran ataupun silabus.

e.  Alokasi Waktu Pelaksanaan Penjas Indonesia dan Jepang

1)  Alokasi Waktu Pelaksanaan Penjas di Indonesia
               Untuk dapat meningkatkan kebugaran jasmani seseorang tentulah tidak melalui proses yang instan, tetapi memerlukan suatu proses dan waktu yang relatif cukup lama. Waktu yang diberikan untuk pelaksanaan Penjas di Indonesia sangatlah terbatas, yaitu hanya satu kali dalam seminggu, itupun hanya  2x45 menit. Oleh karena itu dengan sangat terbatasnya waktu yang tersedia untuk Penjas, seorang guru dituntut untuk dapat memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin agar tujuan Penjas dapat tercapai. Belum lagi ditambah dengan terbatasnya sarana dan prasarana yang menunjang terhadap proses belajar mengajar.
               Dalam membuat Satuan acara Pelajaran (SAP), guru sudah harus merancang alokasi waktu, sejak pembukaan kelas pemanasan, masuk ke inti pelajaran, hingga penutup (penenangan). Setiap tindakan terkait dengan waktu, jangan sampai ada waktu terbuang dengan sia-sia. Guru dituntut untuk dapat cakap dalam mengatur tempo, kapan istirahat sejenak dan kapan pula aktivitas siswa digiatkan. Seorang guru harus tahu, kapan bertindak secara tepat sesuai dengan waktu yang tersedia. Misalnya, guru sering menghabiskan waktu untuk menunggu siswa mengganti pakaian, mengecek kehadiran, menyiapkan barisan ketika membuka kelas.
2)  Alokasi Waktu Pelaksanaan Penjas di Jepang
               Berbeda dengan di Indonesia, alokasi waktu yang disediakan untuk Penjas di Jepang adalah dua kali seminggu, yaitu dari pukul 8 pagi sampai 11 siang. Perbedaan waktu tersebut juga disertai dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang sangat menunjang terhadap proses belajar mengajar.

f.    Sistem Penilaian dan Evaluasi Penjas Indonesia dan Jepang

1)  Sistem Penilaian dan Evaluasi Penjas di Indonesia
               Model evaluasi yang banyak dilakukan oleh guru-guru Penjas di Indonesia pada umumnya cenderung menggunakan model kuantitatif dan kompetitif seperti dalam keterampilan motorik. Adanya sistem ranking di kelas juga masih banyak dilakukan oleh guru di sekolah.
2)  Sistem Penilaian dan Evaluasi Penjas di Jepang
               Sistem penilaian dan evaluasi yang dilakukan oleh guru-guru Penjas di Jepang umumnya bersifat penilaian terhadap performa siswa. Dengan demikian penilaian lebih ditujukan pada ukuran profil siswa secara individual. Oleh sebab itu di Jepang nilai yang diberikan kepada siswa tidak dalam bentuk angka, tetapi yang dilihat adalah perubahan secara kualitatif. Jadi yang ditonjolkan adalah seberapa jauh perubahan atau kemajuan yang telah dicapai oleh siswa.

D.    KESIMPULAN DAN SARAN

1.    Kesimpulan

     Berdasarkan uraian yang telah kekemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a)     Adanya kesamaan dalam hal konsep Penjas yang dianut baik di Indonesia maupun di Jepang, yaitu Penjas merupakan bagian dari pendidikan secara umum, yang bertujuan pada perkembang an keseluruhan dimensi manusia, yakni bukan hanya raga yang menjadi tujuan tetapi juga jiwa menjadi bagian dari tujuan pokok pembelajaran Penjas.
b)     Penjas di Indonesia ditekankan pada kesehatan dan kebugaran jasmani, rekreasi dan peningkatan kualitas hidup manusia, sedangkan Penjas di Jepang, penekanannya diletakkan pada peningkatan kesehatan, kepribadian, keterampilan gerak dan ketajaman sosial.
c)     Dalam hal strategi pembelajaran, Penjas di Indonesia masih menggunakan pendekatan tradisioanal dimana guru masih mendominasi pelajaran, sedangkan di Jepang guru memberikan kebebasan pada siswa untuk mengelola pelajaran.
d)     Adanya sistem pengelolaan yang berbeda antara Indonesia dengan Jepang. Di Indonesia menganut sistem sentralisasi, dimana semua sekolah harus tunduk pada kebijakan secara Nasional, sedangkan di Jepang menganut sistem desentralisasi  dimana sekolah-sekolah mendapat kebebasan secara otonomi untuk mengelola Penjas tetapi tetap mengacu pada kebijakan nasional.
e)     Alokasi waktu dan sarana untuk Penjas yang sangat berbeda antara Indonesia dan Jepang, dimana di Indonesia masih sangat terbatas sementara Jepang sudah jauh lebih memadai.
f)      Sistem Penilaian dan Evaluasi Penjas di Indonesia, pada umumnya cenderung menggunakan model kuantitatif dan kompetitif, sedangkan di Jepang umumnya bersifat penilaian terhadap performa siswa. Dengan demikian penilaian lebih ditujukan pada ukuran profil siswa secara individual. Oleh sebab itu di Jepang nilai yang diberikan kepada siswa tidak dalam bentuk angka, tetapi yang dilihat adalah perubahan secara kualitatif. Jadi yang ditonjolkan adalah seberapa jauh perubahan atau kemajuan yang telah dicapai oleh siswa.

2.     Saran-saran

Dengan melihat perbandingan yang telah diuraikan mengenai Penjas antara Indonesia dengan Jepang, maka ada beberapa saran yang perlu diperhatikan yaitu kita jangan terlalu silau dengan kondisi yang ada dalam suatu negara lalu kita secara membabi buta ingin mengadopsi secara keseluruhan apa yang ada di negara tersebut. Tetapi sebaiknya kita harus dapat berpikir bijak apa yang sudah baik dan cocok untuk dilaksanakan di negara kita, kita lanjutkan dan tidak perlu dirubah, tetapi hal-hal yang belum baik di negara kita bolehlah kiranya kita mengadopsi dari negara lain, asalkan harus sesuai dan cocok dengan kondisi budaya dan situasi di negara kita.























DAFTAR PUSTAKA

Agustiar, Syah Nur. (2001). Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Lubuk Agung Bandung.
Agus, Mahendra. (2003). Azas dan Falsafah Penjas. Dirjen Dikdasmen.
Arma, Abdullah, Agus, Manadji. (1994). Dasar-Dasar Penjas. Dirjen Dikti.
Annarino, Anthony, A. (1992). Curriculum: Theory and Design in Physical Education. London: The CV Mosby Company.
Bruce,L.B., Maxwell,L.H. and Uriel,S. (1983). Comparative Physical Education and Sport. The United States Of America.
Deobold, B. Bruce, L. Bennett. (1971). A World History Of Physical Education. Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J. Second Edition.
Rusli, Lutan. (1997). Strategi Pembelajaran Penjas dan Kesehatan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Rusli, Lutan. (2000). Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Dirjen Dikdasmen.
______. (2001). Pencarian Konsep dan Wilayah Batang Tubuh Ilmu Keolahragaan. Bandung: PPS UPI.
______. (2001). Mengajar Penjas. Jakarta : Dirjen Olahraga.
______. et al. (2002). Supervisi Penjas : Konsep dan Praktik. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
______. (2003). Perencanaan Strategi Pembelajaran Penjaskes. Dirjen Dikdasmen.
Toshio, Nagata. (2006). Buturi Circle Hokkaido: Our Exciting Activities in Physical Sceince. Internet.




DAFTAR ISI








Tidak ada komentar:

Posting Komentar