PERBANDINGAN
PENDIDIKAN JASMANI ANTARA
INDONESIA DENGAN JEPANG
Oleh:
Andi Akbar
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
FIK UNM
A. PENDAHULUAN
Perbandingan pendidikan (Comparative Education) sebagai salah
satu bagian dalam bidang
pendidikan memulai peran nyatanya pada tahun 1960-an walaupun pada hakikatnya kegiatan perbandingan pendidikan itu telah
berlangsung sejak berabad-abad yang lalu dan telah ikut pula melahirkan berbagai institusi
pendidikan secara formal. Dalam usianya yang relatif muda, "perbandingan
pendidikan" telah menunjukkan sumbangannya terhadap perbaikan dan peningkatan pendidikan di berbagai negara. Namun
demikian, tidak mengherankan apabila
intensitas perhatian dan kegiatan formal perbandingan pendidikan ini sangat berbeda antara negara-negara bahkan juga
tidak sama secara regional. Inggris beserta beberapa negara Eropa lainnya dan Amerika Serikat, misalnya, dianggap
sebagai negara yang besar
sumbangannya dalam memprakarsai cabang ilmu "perbandingan pendidikan"
ini, baik berupa perumusan konsep, teori, maupun pelaksanaan berbagai penelitian.
Ada
sejumlah alasan yang valid untuk menawarkan penting perbandingan Penjas
disetiap negara. Yang paling sering dikutip adalah dengan “mengetahui
kesuksesan dan kegagalan orang lain, kita akan mampu memperbaiki sistem kita
sendiri”. Bagi beberapa orang, bagaimanapun jawabannya adalah yang agak mirip
pada pendaki gunung ketika ditanya, mengapa dia naik gunung? karena gunung itu ada di sana? Dengan kata
lain bahwa ada orang lain yang bekerja di bidang yang sama yang cukup
merangsang untuk rasa keingintahuan beberapa praktisi (1) apa yang mereka
lakukan, (2) bagaimana mereka melakukannya, dan (3) mengapa mereka melakukannya
dan seterusnya Perbandingan Penjas adalah studi tentang program Penjas di negara-negara
lain. Alasan studi ini meliputi: (1) kita dapat belajar tentang berbagai
program yang berbeda di seluruh dunia, (2) kita mengembangkan bakat
kepemimpinan melalui studi perbandingan dari sistem Negara lain, (3) kita
belajar tentang tujuan, ide, dan pengalaman budaya lainnya, (4) membantu kita
menilai dan meningkatkan sistem pendidikan kita, dan (5) juga membantu
mempromosikan saling pengertian dan kerjasama profesional di forum Internasional.
Studi perbandingan didasarkan pada
asumsi bahwa (1) sistem pendidikan ini berpola pada nilai-nilai tradisional dan
praktek budaya, (2) sistem pendidikan
bekas koloni sangat dipengaruhi oleh kekuasaan kolonial, (3) jika negara
adalah bangsa yang muda, akan berbahaya
bila hanya mempertahankan system lama yang tidak berubah atau hanya mengadopsi
sistem bangsa lain, dan (4) negara-negara muda boleh berasumsi bahwa kualitas
program-program baru mereka dapat diterima, sehingga memungkinkan terjadinya
stagnan. Masalahnya mengadopsi pola pendidikan asing mungkin tidak sesuai
dengan pola budaya dan kebutuhan bangsa tersebut.
Penjas adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk
mencapai tujuan pendidikan, melalui proses pengajaran diharapkan terjadi
perubahan perilaku pada peserta didik. Dalam rangka mendidik anak seutuhnya,
pendidikan harus meliputi kesatuan jasmani dan rohani. Tidak ada mata pelajaran
lain yang tujuannya majemuk dan selengkap Penjas. Sayangnya tujuan tersebut
belum sepenuhnya tercapai karena pelaksanaan
Penjas belum sesuai dengan harapan. Banyak kendala yang dijumpai,
seperti terbatasnya sarana dan prasarana juga faktor guru yang belum memadai
dalam jumlah dan mutunya. Sampai saat ini kendala tersebut belum sepenuhnya
teratasi.
Jepang
sebagai negara yang pernah menjajah bangsa Indonesia sekian puluh tahun, tentu
ada hal-hal yang dapat ambil ketika Jepang menjajah bangsa kita.
Oleh karena itu penulis tertarik
untuk mengkaji perbandingan Penjas di Indonesia dengan Jepang. Mengapa penulis
tertarik untuk membandingkannya dengan Jepang? Karena Jepang merupakan negara
termaju di Asia walaupun Negara tersebut sering dilanda gempa tetapi memiliki
trik-trik tertentu dalam upaya untuk memberikan proses pembelajaran yang lebih
efektif, sehingga diharapkan Indonesia dapat mengadopsi hal-hal yang positif
yang kiranya dapat diterapkan dengan situasi dan kondisi di Indonesia, sehingga pencapaian tujuan dari Penjas dapat
tercapai secara optimal.
1.
Pengertian, Tujuan, dan Cakupan llmu Perbandingan Pendidikan
Dalam dunia pendidikan hal seperti digambarkan di atas
mungkin pula terjadi. Oleh karena itu, para administrator pendidikan dalam
menetapkan suatu kebijakan kependidikan nasional sering mempelajari dan melakukan
perbandingan dengan pendidikan-pendidikan di negara-negara lain. Dalam skala yang lebih
kecil, sekolah dapat melakukan perbandingan dengan sekolah-sekolah lain, dan
sebuah universitas dapat pula melakukan perbandingan dengan universitas-universitas lain, baik
yang berada di daerahnya, negarahya sendiri atau yang berada di negara-negara lain.
Yang menjadi isu pokok dalam melakukan
perbandingan pendidikan adalah tidak jelasnya pengertian, tujuan, dan hal-hal yang akan
dibandingkan. Sering pertanyaan sinis diajukan apakah suatu deskripsi suatu sistem
pendidikan Nasional sebuah negara sudah dapat dianggap sebagai perbandingan pendidikan,
ataukah hal seperti itu hanya merupakan sebuah studi biasa tentang pendidikan asing.
Berbagai pendapat muncul mengenai masalah ini.
Tujuan perbandingan pendidikan ialah untuk mengetahui
perbedaan-perbedaan kekuatan apa saja yang melahirkan bentuk-bentuk sistem pendidikan yang
berbeda-beda di dunia ini (Kendal, dalam Halls 1990). Dengan kata lain,
pada sebuah negara, misalnya kekuatan keagamaan merupakan faktor pendorong utama dan menjadi
dasar pembentukan sistem pendidikan, sementara di negara lain faktor sosial merupakan landasan
berpijak suatu sistem pendidikan. Ada kemungkinan sebuah negara rnemformulasikan sistem
pendidikannya dengan meletakkan pertimbangan utamanya pada sosial ekonomi,
sosial demografis dan sosial budaya. Sejalan dengan Kendal, Nicholas Hans (dalam Halls, 1990, hal.22)
merumuskan bahwa tujuan
perbandingan pendidikan ialah untuk mengetahui prinsip-prinsip apa sesungguhnya
yang mendasari
pengaturan perkembangan sistem pendidikan.
Pendapat yang lebih umum mengikuti pola perumusan yang dilakukan dalam
bidang sosiologi,
bahwa tujuan perbandingan pendidikan adalah untuk memperoleh morfologi pendidikan, yaitu suatu gambaran dan
klasifikasi global mengenai berbagai bentuk pendidikan; untuk mengetahui hubungan dan interaksi
antara elemen-elemen dalam pendidikan dan hubungan antara pendidikan dan masyarakat;
dan untuk membedakan perubahan-perubahan yang fundamental dalam pendidikan dan hal-hal yang tetap
dipertahankan, serta menghubung- kan
keduanya dengan nilai-nilai filosofis yang diyakini.
Yang sering menjadi perdebatan dalam hal perbandingan pendidikan ini
ialah mengenai isi atau cakupannya. Dengan
kata lain, apa saja yang akan dicakup dalam kegiatan perbandingan pendidikan. Prof. T. Neville Postlethwaite dari Inggris
yang banyak telibat dan sangat berpengaruh dalam "International
Educational Achievement Study" (IEA) merumuskan
beberapa tema, antara lain: ekonomi pendidikan, perencanaan pendidikan, pendidikan prasekolah, pengajaran dan pendidikan
guru, pendidikan tinggi, statistik pendidikan, pendidikan nonformal, pendidikan orang dewasa, dan aspek pengembangan
manusia.
2.
Definisi Penjas
Menurut Abdul
Gafur (1983:6), Penjas adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai
perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh
peningkatan kemampuan dam keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan
pembentukan watak.
Menurut Nixon dan Jewett (1980:27), Penjas adalah satu tahap atau
aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan
penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas kemauan sendiri serta
bermanfaat dan dengan reaksi atau respons yang terkait langsung dengan mental,
emosi dan sosial. Sedangkan menurut Rusli
Lutan (2001:1), Penjas adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk
mencapai tujuan pendidikan.
3.
Konsep Dasar Penjas
Istilah
Penjas yang telah dikenal pada tahun 1950-an di Indonesia, cukup lama
menghilang dari wacana, terutama, sejak tahun 1960-an, tatkala istilah itu
diganti dengan istilah olahraga. Dampak dari perubahan tersebut sangat luas dan
mendalam, terutama terhadap struktur dan isi kurikulum di semua jenjang
pendidikan sekolah. Kesalahpahaman juga terjadi terhadap makna kedua istilah
itu, karena hampir selalu hanya dikaitkan dengan kepentingan pembinaan fisik,
seperti untuk tujuan berprestasi atau sebatas pencapaian derajat kebugaran
jasmani.
Penjas merupakan bagian
integral dari pendidikan. Penjas dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional, yang mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, sosial,
dan moral. Tujuan tersebut tidak akan tercapai dengan sendirinya, tetapi harus
melalui proses pengajaran dan pembelajaran yang dikelola dengan sebaik-baiknya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak dapat terjadi secara instan, tetapi harus
melalui proses dan melibatkan semua komponen yang berkaitan dengan pendidikan
untuk bekerjasama secara sinergis untuk mencapai tujuan.
Untuk dapat memahami secara
mendalam konsep dasar Penjas, maka pembahasannya ditinjau dari tiga aspek yakni
sejarah, pandangan filsafat, dan bukti-bukti ilmiah.
4.
Perspektif Sejarah
Pasang surut keolahragaan
nasional, yang telah merasuki kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman pra kemerdekaan,
memang banyak di pengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan faktor politik. Namun,
apapun kelebihan dan kelemahan kebijakan nasional yang pemah diluncurkan,
kesemuanya itu merupakan respons nyata yang diposisikan oleh pemerintah untuk
menjawab tantangan zaman pada masa itu.
Gerakan Olympiade
dan idealisme perdamaian dan per- sahabatan yang terliput di dalamnya turut
mempengaruhi pasang surut Penjas. Bahkan, ada dampak positif dan negatifnya.
Dampak positifnya berupa penyebarluasan olahraga dan nilai-nilai di dalamnya,
sedangkan dampak negatifnya antara lain ialah hilangnya olahraga tradisional.
Faktor ekonomi yang
mempengaruhi pertumbuhan pasar kerja juga ikut menjadi kekuatan penentu dalam
hal penyiapan tenaga profesional di bidang olahraga pada umumnya. Dalam kaitan
ini, profesi guru tetap dibutuhkan meskipun penghargaan yang diberikan kepada- nya
belum memadai.
Yang tak kalah pengaruhnya
ialah kekuatan sosial budaya yang terdapat di lingkungan sekitar, ikut
membentuk model mental, yang maksudnya adalah cara pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya, yang berpengaruh terhadap
persepsi status Penjas.
Untuk menjawab tantangan
yang bersifat globalisasi dewasa ini, maka arah pembaruan Penjas adalah untuk
mendukung pembaruan pendidikan pada umumnya, yang tertuju pada upaya:
a)
Memelihara hasil
pembangunan di bidang pendidikan yang telah dicapai setelah Indonesia merdeka,
yang sebagian mengalami kerusakan;
b)
Meningkatkan
daya saing dan keunggulan dalam berbagai bidang, terutama aspek ekonomi; dan
c)
Mempercepat
pengalihan nilai-nilai demokrasi dalam semua fase kehidupan. (Sumber: Rusli
Lutan dkk, 2002:3).
Penjas adalah bagian integral dari pendidikan melalui
aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,
neuromuskular, intelektual, dan emosional, merupakan turunan dari konsep Penjas
yang dikembangkan di Amerika Serikat. Konsepnya adalah "ide besar dari Penjas
adalah bukan pendidikan tentang badan, tetapi hubungan antara pembinaan fisik
untuk menyempurnakan pendidikan", atau lebih konkret lagi, rumusan bapak Penjas
modern AS, Hetherington, yang pada tahun 1910 menetapkan empat dimensi tujuan Penjas,
yang mencakup pengembangan fisik, motorik, mental dan sosial. (Sumber: Rusli
Lutan dkk, 2002:4)
5.
Pandangan Filsafat
Pandangan
ini berakar pada filsafat pendidikan John Dewey yang memahami hakikat peserta
didik sebagai manusia utuh, kesatuan jiwa dan badan yang melumat satu sama
lain. Filsafat pendidikan John Dewey memiliki mata rantai dengan paham yang
diletakkan para tokoh pendidik terdahulu di Eropa, sejak Russeau dari Perancis
dengan pandangan holistik tentang peserta didik dan peranan pengalaman sensoris
atau pengalaman gerak untuk membentuk watak kerja sama dan kompetisi, yang
semuanya menekankan peranan pengalaman sensoris sebagai alat pendidikan.
Kebangkitan
bermain sebagai konsep filosofis dan peranannya dalam hidup dan pendidikan
menempatkan kegiatan bermain sebagai batu loncatan bagi pendidikan. Pandangan
ini sangat jelas mempengaruhi aliran pendidikan gerak dalam Penjas yang muncul
tahun 1950-an yang percaya bahwa pengalaman gerak yang bermakna sangat penting
untuk menjadikan seseorang sepenuhnya berfungsi.
6.
Bukti-Bukti Ilmiah
Hasil
riset mutakhir menunjukkan betapa pentingnya pengaruh bermain dan olahraga
terhadap anak-anak yakni untuk menumbuh-kembangkan kemampuan kognitif dan
inteligensi. Bermain dan berolahraga didefinisikan sebagai aktivitas yang
menggembirakan dan menekankan partisipasi aktif pelakunya, memberikan banyak
manfaat yang esensial bagi perkembangan fisik, sosial dan emosional yang sehat.
7. Tujuan Penjas
Setiap pengajaran berawal
dari perumusan tujuan. Tujuan berfungsi untuk mengarahkan, dan memusatkan
pelaksanaan proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa, harus memahami tujuan
pengajaran Penjas sehingga dapat dijamin terlaksananya pengajaran yang efektif.
Apa sebenarnya
tujuan Penjas? Tujuan Penjas bersifat menyeluruh (holistik), maksudnya adalah
bukan hanya pada aspek psikomotor, tetapi juga kognitif dan afektif.
Pengembangan psikomotor mencakup aspek kesegaran jasmani yang bertumpu pada perkembangan
kemampuan biologik organ tubuh, yaitu untuk meningkatkan efesiensi fungsi faal
tubuh.
Pengembangan kognitif mencakup
pengetahuan tentang fakta, konsep dan lebih penting lagi, adalah penalaran dan
kemampuan memecahkan masalah.
Pengembangan afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang
menjadi unsur kepribadian yang kukuh.
Penjas adalah wahana
untuk mendidik anak. Penjas merupakan
"alat" untuk membina seseorang agar kelak mampu membuat keputusan
terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat
di sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan tercapai bila seseorang mengalami langsung aktivitas jasmani. Aktivitas
jasmani dapat berupa permainan atau olahraga yang terpilih. Kegiatan itu
bukan sembarangan aktivitas, atau bukan pula hanya sekedar berupa "gerakan
badan" yang tidak bermakna, tetapi merupakan aktivitas jasmani yang
terpilih. Aktivitas yang terpilih itu merupakan pengalaman belajar yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar.
Beragam aktivitas jasmani dimanfaatkan untuk mengembangkan kepribadian
anak secara menyeluruh. Karena itu para ahli sepakat bahwa Penjas merupakan
proses pendidikan melalui aktivitas jasmani.
8.
Status Penjas di Sekolah
Mengapa
Penjas diajarkan sekolah? Tujuan ideal Penjas itu bersifat menyeluruh, sebab bukan hanya mencakup aspek fisik,
tetapi juga aspek lainnya yaitu kognitif, afektif, intelektual, emosional,
sosial, dan moral. Sehingga diharapkan dampak jangka panjang yang dapat
diperoleh dari Penjas adalah menjadi seseorang yang percaya diri, berdisiplin,
sehat, bugar, dan hidup bahagia.
Pelajaran Penjas
merupakan sesuatu yang sangat vital yang sangat peduli bukan hanya pada aspek
fisik, tetapi juga turut mengembangkan psikis seseorang sehingga Penjas perlu
mendapat perhatian dari para pendidik khususnya
guru Penjas, agar dapat mengelola pelajaran tersebut dengan
sebaik-baiknya mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai proses
evaluasi. Disamping itu kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa mata pelajaran Penjas
bagi sebagian besar siswa merupakan mata pelajaran favorit yang sangat
dinantikan kehadirannya.
9.
Pandangan-Pandangan
Mengenai Penjas
Berdasarkan
data yang diperoleh dari B3PTKSM, dapat diperoleh gambaran mengenai
pandangan-pandangan mengenai Penjas di SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi.
a) Murid-murid sekolah dasar kelas 1 s.d. 3 memandang program Penjas
sebagai tempat untuk berlari, memperoleh kegembiraan dan mempelajari permainan.
Mereka juga menginginkan latihan sehingga rnereka dapat tumbuh menjadi besar
dan kuat. Sebagian dari mereka menyatakan hasrat untuk belajar menjadi atlit
dan ingin bermain dalam tim. Mereka yang koordinasinya kurang berharap dapat
memperbaiki kesegaran jasmaninya sehingga mereka dapat bermain dengan
teman-teman lain.
b) Murid-murid sekolah dasar kelas 2 s.d. 6, menyatakan bahwa program
Penjas harus memberikan kemungkinan untuk bergembira dan mempelajari
keterampilan. Mereka juga menyatakan kebutuhan untuk berlatih meningkatkan
kesegaran jasmani. Pada umumnya mereka memandang pelajaran Penjas sebagai satu
tempat memperoleh teman baru. Mereka juga
menekankan bahwa program pendidikan jasrnani memberikan kesempatan untuk
menunjukkan kebolehan dan mengurangi ketegangan.
c) Di Sekolah Menengah Pertama. Siswa menyatakan bahwa Penjas harus
berkenaan dengan perbaikan kesegaran jasmani dan kesehatan. Mereka menyatakan
ingin mempelajari keterampilan baru dan beragam cabang olahraga. Mereka juga
menyatakan bahwa Penjas harus lebih berbuat banyak daripada hanya mengembangkan
tubuh; ia harus juga mengembangkan pikiran dan mempersiapkan siswa untuk
pekerjaan di masa akan datang. Siswa memandang Penjas sebagai tempat belajar
fair play dan sportivitas. Mereka juga menekankan bahwa mereka ingin
mempelajari aktivitas yang nanti diperlukan dalam waktu senggang. Sebagian
besar dan mereka menyatakan keinginan bermain dalam satu tim.
d) Di Sekolah Menengah Atas. Mereka menekankan bahwa kegiatan jasmani
penting, karena dapat memperbaiki tingkat kesegaran jasmani dan kesehatan.
Mereka menyatakan bahwa mereka ingin mempelajari banyak keterampilan yang
diperlukan dalam berbagai cabang olahraga. Mereka juga ingin berpartisipasi
dalam aktivitas yang akan bermanfaat bagi mereka dalam penggunaan waktu
senggang. Siswa sekolah menengah ini memandang pelajaran Penjas sebagai satu
tempat untuk belajar menghargai teman lain.
Mereka juga menyatakan bahwa program Penjas memberikan mereka satu
perubahan irama dari pelajaran akademik.
e) Di Perguruan Tinggi. Mahasiswa menekankan pentingnya peran Penjas
dalam perkembangan neuromuskuler dan efisiensi kardiovaskuler. Mereka menyatakan bahwa Penjas memberi rangsang
mental dan kesempatan sosialisasi dengan orang lain. Mereka juga
menyatakan bahwa Penjas memberi kesempatan bagi mental untuk releks dari kegiatan
akademik dan memperkenalkan kepada mereka berbagai aktivitas yang terbukti
berguna dalam pemanfaatan waktu senggang. Mahasiswa memandang Penjas sebagai
sumbangan bagi perkembangan mental, jasmani, sosial dan psikis
(Bucher,1983:50-51).
10.
Perbandingan Penjas Antara Indonesia
dan Jepang
a. Sejarah Penjas di Indonesia dan Jepang
1) Sejarah Penjas di Indonesia
a)
Zaman kerajaan. Latihan
jasmani pada masa itu disamping untuk rekreasi juga untuk pembinaan jasmani
dalam rangka tujuan tertentu yaitu melatih keprajuritan. Olahraga tradisional
tumbuh di daerah-daerah.
b)
Zaman penjajahan Belanda. Pada masa itu berkembang sistem Jerman, system Swedia dan sistem
Austria. Lembaga Penjas yang didirikan ialah sekolah senam dan sport militer di
Bandung dan AILO di Surabaya. PSSI berdiri tahun 1930 untuk menandingi NIVU.
c)
Zaman penjajahan Jepang. Jepang berusaha melatih latihan kemiliteran pemuda-pemuda
Indonesia untuk memerangi bangsa barat. Jepang juga mengajarkan olahraga yang
dibawa dari negrinya yaitu Sumo, Yudo, Karate, dan Taiso.
d)
Zaman kemerdekaan 1945-1950. Kementerian dan Pengajaran bertugas pokok: (1) Menyelenggarakan
latihan-latihan jasmani guna memasuki angkatan perang secara besar-besaran; (2)
membina mental yang rusak akibat penjajahan Belanda dan Jepang. Tahun 1946 diselenggarakan kongres olahraga
pertama di Indonesia yang menghasilkan PORI yang tugasnya mengatur dan
memusatkan segala urusan olahraga di seluruh Indonesia. Untuk mengurus kegiatan
olahraga di luar negeri maka dibentuklah KORI
e)
Masa tahun 1951 sampai 1990-an. Banyak kegiatan yang dilakukan untuk memajukan Penjas dan olahraga
di Indonesia, yaitu; (1) PON 4 tahun sekali; (2) POMNAS 2 tahun sekali; (3) Mengikuti
Olympic Games 4 tahun sekali (4) Mendirikan departemen olahraga tahun 1962; (5)
Melaksanakan panji olahraga; (6) Membentuk BAPOPI; (7) Menetapkan HAORNAS; (8) Kompetisi-kompetisi
cabang-cabang olahraga.
2)
Sejarah Penjas
di Jepang
Jepang
adalah bangsa yang besar penduduknya, terdiri dari empat pulau besar dan banyak
pulau kecil. Walaupun kontak dengan Barat telah dibuat sejak awal tahun 1542
dan beberapa hubungan dagang telah diselenggarakan, satu pemerintah feodal yang
menekan muncul pada abad ke 17 dan berlangsung kira-kira 250 tahun sampai tahun
1867. Tahun ini ditandai pemulihan dari Meiji yang melanjutkan hubungan dengan
Barat. Banyak orang Jepang pergi keluar negeri untuk belajar dan kembali ke
Jepang dengan membawa pengetahuan tentang perkembangan di luar negeri dalam
ilmu kemiliteran, lembaga politik dan kemajuan industri. Jepang juga sangat
bersemangat untuk menjadi satu kekuatan dunia dan cenderung mempunyai perasaan
nasionalisme yang kuat, maka Penjas menjadi faktor yang penting. Latihan-latihan
militer dan senam (sistem Swedia) menggantikan program olahraga dan permainan. Setelah perang dunia II di mana aktivitas
fisik untuk kesiapan militer mendominasi, undang-undang baru pendidikan secara
lengkap menyusun program sekolah masuk Penjas. Enam tahun di sekolah dasar
disambung dengan masing-masing tiga tahun di sekolah menengah pertama dan atas.
Penjas
diwajibkan pada kedua jenjang sekolah ini. Di samping itu ada Penjas yang
diwajibkan sebagai satu bagian dari rencana pendidikan umum di universitas.
Sekarang Penjas di Jepang mirip dengan yang diselenggarakan di Amerika Serikat.
Suatu usaha telah dilakukan untuk menggabungkan Penjas dengan mata pelajaran
lain. Minat, kebutuhan dan kemampuan individual mendapatkan perhatian pada
waktu anak laki-laki dan perempuan ambil bagian setiap hari dalam Penjas.
Olahraga,
permainan, menari dan bentuk pendidikan di luar gedung sekolah menjadi
aktivitas utama. Penekanan diletakkan pada peningkatan kesehatan, kepribadian
dan keterampilan gerak dan ketajaman sosial melalui seleksi yang bijaksana,
terhadap aktivitas-aktivitas dan metode dalam mengajar.
Jepang
terkenal dengan gulat dan judonya. Atlet Jepang adalah peserta yang kuat dalam
pesta olahraga di Timur Jauh, mereka juga masuk dalam Olympiade. Perenang-perenang
Jepang dikenal luas di dunia dan kehadirannya dalam kompetisi internasional
sudah terkenal. Perkembangan program olahraga setelah sekolah dan aktivitas di
banyak klub dan organisasi menunjukkan bahwa Jepang akan secara terus menerus
menciptakan atlet-atlet terkenal. Jepang telah mengadopsi baseball sebagai
olahraga nasional utama dan dalam prosesnya telah mengembangkan beribu-ribu tim
amatir dan beberapa tim profesional.
b. Pelaksanaan Penjas Indonesia dan
Jepang
1) Pelaksanaan Penjas di Indonesia
Penjas
di Indonesia merupakan sebuah konsep yang universal. Berdasarkan pengertian Penjas
seperti yang telah diungkap sebelumnya, Penjas ditekankan pada kesehatan dan
kebugaran jasmani, rekreasi dan peningkatan kualitas hidup manusia. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka sarana yang digunakan adalah melalui aktifitas
olahraga, permainan dan aktifitas lain yang berkaitan dengan seni.
2) Pelaksanaan Penjas di Jepang
Penjas di Jepang,
penekanannya diletakkan pada peningkatan kesehatan, kepribadian, keterampilan
gerak dan ketajaman sosial melalui seleksi yang bijaksana, terhadap
aktivitas-aktivitas dan metode dalam mengajar.
c. Strategi Pembelajaran Penjas di
Indonesia dan Jepang
1) Strategi Pembelajaran Penjas di Indonesia
Penyampaian
materi pelajaran Penjas umumnya masih menggunakan pendekatan tradisional. Hal
ini ditunjukkan dengan banyaknya guru Penjas yang dalam menyampaikan materi
dalam satu arah, artinya sistem pembelajaran dengan metode komando lebih banyak
digunakan. Walaupun metode lain juga diterapkan, namun dalam pelaksanaannya
kurang mampu menantang siswa untuk lebih meningkatkan kreatifitas serta
keberaniannya untuk mengeluarkan pendapat. Hal ini disebabkan karena proses
pembelajaran yang lebih menitik beratkan pada pemberian instruksi dari guru
dalam melakukan suatu tugas gerak.
Kebiasaan siswa
untuk hanya sekedar meniru dan melaksanakan setiap instruksi dari guru dalam melakukan suatu tugas gerak pada akhirnya
melekat erat pada siswa secara umum. Kekayaan jenis-jenis permainan
tradisional yang menyebar di wilayah Indonesia kurang dimanfaatkan oleh guru.
Dalam memberi- kan materi, guru terpaku pada GBBP, serta materi yang diberikan
sejak SD hingga SMA banyak yang tumpang tindih, sehingga nampak materi itu
tidak berkesinambungan, tetapi sering berulang-ulang. Sebagai contoh passing
bawah sudah diajarkan di SMP, namun nanti di SMA akan diajarkan lagi materi
sama.
Proses
pembelajaran Penjas cenderung lebih banyak menekankan pada proses peniruan
gerak atau teknik standar yang dilakukan guru terhadap siswa melalui
pengulangan, sehingga menjadi gerak otomatis. Hal ini memiliki banyak
kelemahan, antara lain kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar sehingga menghambat kreatifitas siswa sekaligus menyebabkan kurangnya
kemampuan siswa dalam mengembangkan daya nalar.
Pengelolaan
pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar pada umumnya guru
memberikan materi secara klasikal atau seragam untuk semua siswa. Hal ini
mengandung kelemahan yaitu kurangnya pertimbangan terhadap masalah perbedaan
individu. Partisipasi siswa tidak diberikan secara maksimal karena kegiatan
terlalu berpusat pada guru sehingga siswa hanya mengikuti gerakan yang
dicontohkan oleh guru tanpa memberikan kebebasan pada siswa untuk dapat
berkreasi serta memecahkan masalah dalam melakukan gerakan. Pendekatan yang
berorientasi pada tugas juga jarang dilakukan serta jarang mengkaitkan
pengalaman hidup dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2) Strategi Pembelajaran Penjas di Jepang
Penyampaian materi pelajaran Penjas umumnya
menggunakan pendekatan pengajaran terbuka. Maksudnya siswa diberi tugas gerak
dan guru hanya bertindak sebagai pembimbing. Sehingga siswa diberi kebebasan
untuk berpikir, dan memecahkan masalah. Hal ini memiliki banyak keuntungan,
antara lain keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga
meningkatkan kreatifitas siswa sekaligus meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengembangkan daya nalar.
Dalam memberikan
materi, guru tidak terpaku pada kurikulum, guru bebas menentukan materi apa
yang akan diberikan sesuai dengan kondisi dan situasi yang diperlukan pada saat
itu. Pengelolaan pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar
pada umumnya guru memberikan materi secara spesialiasasi kepada siswa-siswanya.
Hal ini memiliki kelebihan yaitu materi disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan
siswa bebas untuk mengembangkannya sesuai dengan keinginannya.
d. Pemilihan Bahan Ajar Penjas Indonesi
dan Jepang
1) Pemilihan Bahan Ajar Penjas di Indonesia
Banyaknya aktifitas dalam proses
pembelajaran Penjas mengharuskan guru untuk memilih aktivitas mana yang paling
cocok bagi siswanya. Pada umumnya guru-guru Penjas di Indonesia dalam
memberikan materi pelajaran mengambil materi yang disesuaikan dengan materi
yang ada dalam kurikulum.
2) Pemilihan Bahan Ajar Penjas di Jepang
Berbeda dengan di Indonesia, dalam
memberikan materi, sekolah memiliki otonomi untuk dapat mengatur sendiri materi
yang akan diajarkan kepada siswa, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di
sekolah tersebut. Materi pelajaranpun lebih banyak tertuju pada kecabangan
(spesialisasi). Dalam mengajarpun guru Penjas di Jepang tidak perlu untuk
membuat satuan pelajaran ataupun silabus.
e. Alokasi Waktu Pelaksanaan Penjas Indonesia
dan Jepang
1) Alokasi Waktu Pelaksanaan Penjas di Indonesia
Untuk dapat
meningkatkan kebugaran jasmani seseorang tentulah tidak melalui proses yang instan, tetapi memerlukan suatu proses dan waktu
yang relatif cukup lama. Waktu yang diberikan untuk pelaksanaan Penjas
di Indonesia sangatlah terbatas, yaitu hanya satu kali dalam seminggu, itupun
hanya 2x45 menit. Oleh karena itu dengan
sangat terbatasnya waktu yang tersedia untuk Penjas, seorang guru dituntut
untuk dapat memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin agar tujuan Penjas
dapat tercapai. Belum lagi ditambah dengan terbatasnya sarana dan prasarana
yang menunjang terhadap proses belajar mengajar.
Dalam membuat
Satuan acara Pelajaran (SAP), guru sudah harus merancang alokasi waktu, sejak
pembukaan kelas pemanasan, masuk ke inti pelajaran, hingga penutup
(penenangan). Setiap tindakan terkait dengan waktu, jangan sampai ada waktu
terbuang dengan sia-sia. Guru dituntut untuk dapat cakap dalam mengatur tempo,
kapan istirahat sejenak dan kapan pula aktivitas siswa digiatkan. Seorang guru
harus tahu, kapan bertindak secara tepat sesuai dengan waktu yang tersedia.
Misalnya, guru sering menghabiskan waktu untuk menunggu siswa mengganti
pakaian, mengecek kehadiran, menyiapkan barisan ketika membuka kelas.
2)
Alokasi Waktu
Pelaksanaan Penjas di Jepang
Berbeda dengan di
Indonesia, alokasi waktu yang disediakan untuk Penjas di Jepang adalah dua kali
seminggu, yaitu dari pukul 8 pagi sampai 11 siang. Perbedaan waktu tersebut
juga disertai dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang sangat menunjang
terhadap proses belajar mengajar.
f.
Sistem Penilaian dan Evaluasi Penjas Indonesia dan Jepang
1) Sistem Penilaian dan Evaluasi Penjas di Indonesia
Model evaluasi
yang banyak dilakukan oleh guru-guru Penjas di Indonesia pada umumnya cenderung
menggunakan model kuantitatif dan kompetitif seperti dalam keterampilan
motorik. Adanya sistem ranking di kelas juga masih banyak dilakukan oleh guru
di sekolah.
2)
Sistem Penilaian
dan Evaluasi Penjas di Jepang
Sistem penilaian
dan evaluasi yang dilakukan oleh guru-guru Penjas di Jepang umumnya bersifat
penilaian terhadap performa siswa. Dengan demikian penilaian lebih ditujukan
pada ukuran profil siswa secara individual. Oleh sebab itu di Jepang nilai yang
diberikan kepada siswa tidak dalam bentuk angka, tetapi yang dilihat adalah
perubahan secara kualitatif. Jadi yang ditonjolkan adalah seberapa jauh
perubahan atau kemajuan yang telah dicapai oleh siswa.
D.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah kekemukakan pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a) Adanya kesamaan dalam hal konsep Penjas yang dianut baik di
Indonesia maupun di Jepang, yaitu Penjas merupakan bagian dari pendidikan
secara umum, yang bertujuan pada perkembang an keseluruhan dimensi manusia,
yakni bukan hanya raga yang menjadi tujuan tetapi juga jiwa menjadi bagian dari
tujuan pokok pembelajaran Penjas.
b)
Penjas di
Indonesia ditekankan pada kesehatan dan kebugaran jasmani, rekreasi dan
peningkatan kualitas hidup manusia, sedangkan Penjas di Jepang, penekanannya
diletakkan pada peningkatan kesehatan, kepribadian, keterampilan gerak dan
ketajaman sosial.
c) Dalam hal strategi pembelajaran, Penjas di Indonesia masih
menggunakan pendekatan tradisioanal dimana guru masih mendominasi pelajaran,
sedangkan di Jepang guru memberikan kebebasan pada siswa untuk mengelola
pelajaran.
d) Adanya sistem pengelolaan yang berbeda antara Indonesia dengan
Jepang. Di Indonesia menganut sistem sentralisasi, dimana semua sekolah harus
tunduk pada kebijakan secara Nasional, sedangkan di Jepang menganut sistem
desentralisasi dimana sekolah-sekolah
mendapat kebebasan secara otonomi untuk mengelola Penjas tetapi tetap mengacu
pada kebijakan nasional.
e)
Alokasi waktu
dan sarana untuk Penjas yang sangat berbeda antara Indonesia dan Jepang, dimana
di Indonesia masih sangat terbatas sementara Jepang sudah jauh lebih memadai.
f)
Sistem Penilaian
dan Evaluasi Penjas di Indonesia, pada umumnya cenderung menggunakan model
kuantitatif dan kompetitif, sedangkan di Jepang umumnya bersifat penilaian
terhadap performa siswa. Dengan demikian penilaian lebih ditujukan pada ukuran
profil siswa secara individual. Oleh sebab itu di Jepang nilai yang diberikan
kepada siswa tidak dalam bentuk angka, tetapi yang dilihat adalah perubahan
secara kualitatif. Jadi yang ditonjolkan adalah seberapa jauh perubahan atau
kemajuan yang telah dicapai oleh siswa.
2.
Saran-saran
Dengan melihat perbandingan
yang telah diuraikan mengenai Penjas antara Indonesia dengan Jepang, maka ada
beberapa saran yang perlu diperhatikan yaitu kita jangan terlalu silau dengan
kondisi yang ada dalam suatu negara lalu kita secara membabi buta ingin
mengadopsi secara keseluruhan apa yang ada di negara tersebut. Tetapi sebaiknya
kita harus dapat berpikir bijak apa yang sudah baik dan cocok untuk
dilaksanakan di negara kita, kita lanjutkan dan tidak perlu dirubah, tetapi hal-hal yang belum baik di negara kita
bolehlah kiranya kita mengadopsi dari negara lain, asalkan harus sesuai
dan cocok dengan kondisi budaya dan situasi di negara kita.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiar, Syah Nur. (2001). Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara.
Lubuk Agung Bandung.
Agus, Mahendra. (2003). Azas dan Falsafah Penjas.
Dirjen Dikdasmen.
Arma, Abdullah, Agus, Manadji. (1994). Dasar-Dasar Penjas. Dirjen
Dikti.
Annarino, Anthony, A. (1992). Curriculum: Theory and Design in
Physical Education. London: The CV Mosby Company.
Bruce,L.B., Maxwell,L.H. and Uriel,S. (1983).
Comparative Physical Education and
Sport. The United States Of America.
Deobold, B. Bruce, L. Bennett. (1971). A World History Of Physical Education.
Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J. Second Edition.
Rusli, Lutan. (1997). Strategi Pembelajaran Penjas dan Kesehatan.
Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Rusli, Lutan. (2000). Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Dirjen
Dikdasmen.
______. (2001). Pencarian Konsep dan Wilayah Batang Tubuh Ilmu Keolahragaan.
Bandung: PPS UPI.
______. (2001). Mengajar Penjas. Jakarta : Dirjen Olahraga.
______. et al. (2002). Supervisi Penjas : Konsep dan Praktik.
Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
______. (2003). Perencanaan Strategi Pembelajaran Penjaskes. Dirjen
Dikdasmen.
Toshio, Nagata. (2006). Buturi Circle Hokkaido: Our Exciting Activities in Physical Sceince.
Internet.
DAFTAR ISI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar